Selasa, 27 September 2011

TANYA JAWAB SAMPAI TUNTAS MENGENAI TAWASSUL

Apa arti tawasul dengan walinya Allah? Tawasul dengan walinya Allah SWT artinya menjadikan para kekasih Allah sebagai perantara menuju kepada Allah SWT.dalam mencapai hajat, karena kedudukan dan kehormatan di sisi Allah yang mereka miliki, disertai keyakinan bahwa mereka adalah hamba dan makhluk Allah SWT.yang dijadikan oleh-Nya sebagai lambing kebaikan, barokah, dan pembuka kunci rahmat. Pada hakekatnya, orang yang bertawasul itu tidak meminta hajatnya dikabulkan kecuali kepada Allah SWT dan tetap berkeyakinan bahwa Allah-lah yang maha memberi dan Maha Menolak. Bukan yang lain-Nya. Ia menuju kepada Allah SWT.dan orang-orang yang dicintai Allah SWT, karana mereka lebih dekat kepada-Nya, dan Dia menerima doa mereka dan syafaatnya karena kecintaan-Nya. Allah SWT,mencintai orang-orang yang baik dan orang-orang yang bertaqwa. Dalam hadits qudsi disebutkan: ولا يزال عبدي يتقرّب إليّ بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذى سمع به وبصره الذى يبصر به ويده التى يبطش بها ورجله الذى يمشى بها ولئن سألني لأعطيته ولئن استعاذني لأعيذنه Hambaku tidak henti-hentinya mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah, sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku pendengarannya yang ia mendengar dengannya, dan penglihatannya yang ia melihat dengannya, tangannya, dan penglihatanny yang ia melihat dengannya, kakinya yang ia berjalan dengannya. Apabila ia memohon kepada-Ku, maka aku berinya, dan jia meminta perlindungan, maka Aku berinya perlindungan." (HR. Imam al-Bukhori). Apa hukum tawasul dengan orang-orang yang dikasihi oleh Allah? Tawasul dengan orang-orang yang dicintai Allah, seperti nabi-nabi dan orang-orang yang shalih itu boleh, berdasarkan ijma' ulama' kaum muslimin. Bahkan ia merupakan cara orang-orang mukmin yang diridloi. Tawasul itu telah dikenal sejak zaman dahulu dan sekarang. Bagaimana halnya dengan orang yang beranggapan bahwa tawasul itu adalah syirik dan kufur, serta pelakunya adalah musyrik dan kafir? Tidak dapat diteladani orang yang nyleneh dan berpisah dari jama'ah yang beranggapan bahwatawasul adalah perbuatan syirik atau haram, lalu menghukumi musyrik orang-orang yang bertawasul. Ini jelas tidak benar dan batil, sebab anggapan seperti ini akan menimbulkan penilaian, bahwa sebagian umat Islam telah membuat kesepakatan (ijma') atas perkara yang haram atau kemusyrikan. Hal demikian adalah mustahil, karena umat Muhammad ini telah mendapat jaminan tidak bakal membuat kesepakatan atas perbuatan sesat, berdasarkan hadits-hadits Rasulullah SAW.seperti hadits: سألت ربي أن لايجمع أمتي على ضلالة فأعطانيها "Saya memohon kapada Tuhanku Allah, untuk tidak menghimpunkan umatku atas perkara sesat, dan Dia mengabulkan permohonanku itu." (HR. Ahmad dan at-Thabrani). لايجمع الله أمتي على ضلالة أبدا "Allah tidak menghimpunkan umatku untuk bersepakat atas perkara sesat selama-lamanya."(HR.Imam al-Hakim). ما رآه المسلمون حسنا فهوعهند الله حسن "Apa yang diyakini baik oleh orang-orang islam, maka menurut Allah juga baik." Apakah ada dalil al-qur'an tentang tawasul? Ya, ada. Adapun ayat al-Qur'an yang menunjukkan dibolehkan tawasul adalah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya." (QS. Al-Maidah: 35) Ini adalah permintaan dari Allah, agar kita mencari wasilah (perantara), yaitu segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai sebab untuk mendekatkan kepada-Nya dan sampai pada terpenuhinya hajat dari-Nya. Apakah tawasul itu terbatas pada amal perbuatan saja, tidak pada benda (Dzat)? Tidak, karena ayat Al-Qur'an tersebut umum (‘amm) meliputi amal-amal perbuatan baik dan orang-orang shalih, yakni dzat-dzat yang mulia, seperti Nabi SAW.dan wali-wali Allah yang bertaqwa. Adapun orang yang berpendapat boleh tawasul dengan amal perbuatan saja, sedangkan tawasul dengan dzat-dzat tidak boleh, dan ia membatasi maksud ayat pada pengertian pertama (tawasul dengan amal perbuatan), maka pendapat ini tidak berdsar, sebab ayat tersebut adalah mutlak. Bahkan membawa ayat kepada pengertian kedua (tawasul dengan dzat) itu lebih mendekati, sebab Allah dalam ayat ini memerintahkan taqwa dan mencari wasilah, sedang arti taqwa adalah mengerjakan perintah dan menjauhi larangan. Apabila kata "Ibtighoul wasilah" (mencari wasilah) kita artikan dengan amal-amal sholeh, berarti perintah dalam mencari wasilah hanya sekedar pengulangan dan pengukuhan. Tetapi jika lafad "al-Wasilah" ditafsirkan dzat-dzat yang ulia, maka ia berarti yang asal, dan akna inilah yang lebih diutamakan dan lebih didahulukan. Disamping itu apabila tawasul itu boleh dengan amal-amal perbuatan baik, padahal amal-amal perbuatan merupakan sifat yang diciptakan, maka dzat-dzat yang diridloi oleh Allahlebih berhak dibolehkan, mengingat ketinggian tingkat ketaatan, keyakinan dan ma'rifat dzat-dzat itu kepada Allah SWT, allah SWT.berfirman: (QS. An-Nisa' : 64). Ayat ini dengan jelas menerangkan dijadikannya RAsulullah sebagai wasilah kepada Allah SWT. Firman Allah "Jaa-uuka" (mereka dating kepadamu) dan "Wastaghfaro lahumurrosuulu"(dan Rasul memohokan ampun untuk mereka). Andaikata tidak demikian, maka apa kalimat"Jaa-uuka". Apakah tawasul itu dibolehkan secara umum, baik dengan orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati? Ya, dibolehkan secara umum, karena ayat tersebut juga umum ('amm), ketika beliau masih hidup di dunia dan sesudah beliau wafat. Telah dipastikan, bahwa para nabi dan para wali itu hidup dalam kubur mereka, dan arwah mereka di sisi Allah SWT. Barangsiapa tawasul dengan mereka dan menghadap kepada mereka, maka mereka menghadap kepada Allah dalam rangka tercapainya permintaannya. Dengan demikian, maka yang dimintai adalah Allah. Dia-lah yang berbuat dan yang mencipta, bukan lain-Nya. Sesunggguhnya kami golongan ahlussunnah wal jama'ah tidak meyakini adanya kekuasaan, penciptaan, manfaat, dan mudhorot kecuali milik Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Para Nabi dan para wali tidak memiliki kekuasaan apapun. Mereka hanya diambil berkah dan dimintai bantuan karena kedudukan mereka, sebab mereka adalah orang-orang yang dicintai Allah, karena merekalah Allah memberi rahmat kepada hamba-hamba-Nya. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara mereka yang masih hidup atau mereka yang sudah meninggal dunia. Yang kuasa berbuat dalam dua kondisi tersebut hakekatnya adalah Allah, bukan mereaka yang hidup atau yang mati. Adapun orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang telah meninggal, sepertinya mereka itu berkeyakinan bahwa orang-orang yang masih hidup memiliki kemampuan memberi pengaruh kepada orang lain sedangkan orang yang telah meninggal tidak. Keyakinan seperti ini batil, sebab Allah-lah pencipta segala sesuatu. Apa tawasul dengan orang-orang yang telah meninggal itu diperbolehkan? Dalilnya sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS.An-Nisa' :64). Ayat di atas adalah umum ('amm) mencakup pengertian ketika beliau masih hidup dan ketika sesudah wafat dan berpindahnya ke alambarzakh. Imam ibnu Al-Qoyyim dalam kitabZadul ma'ad menyebutkan: عن أبي سعيد الخضريّ قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم ما خرج رجل من بيته إلى الصلاة فقال اللّهم إنّي أسألك بحقّ السائلين عليك وبحقّ ممساي هذا إليك فإني لم أخرج بطرا ولا أشرا ولا رياءا ولا سمعة وإنما خرجت اتّقاء سخطك وابتغاء مرضاتك وأسألك أن تنقذني من النّار وأن تغفر لي ذنوبي فإنه لايغفر الذنوب إلاّ أنت إلاّ وكّل الله به سبعين ألف ملك يستغفرون له وأقبل الله عليه بوجهه حتّى يقضي صلاته. "Dari Abu Sa'id al-Khudry, ia berkata, Rasulullah SAW.bersabda: "seseorang dari rumahnya hendak sholat dan membaca do'a: اللّهم إنّي أسألك بحقّ السائلين عليك وبحقّ ممساي هذا إليك فإني لم أخرج بطرا ولا أشرا ولا رياءا ولا سمعة وإنما خرجت اتّقاء سخطك وابتغاء مرضاتك وأسألك أن تنقذني من النّار وأن تغفر لي ذنوبي فإنه لايغفر الذنوب إلاّ أنت Kecuali Allah menugaskan 70.000 malaikat agar memohokan ampun untk oran tersebut, dan Allah menatap orang itu hingga selesai sholat". (HR. Ibnu Majjah). Dari Imam al-Baihaqi, Ibnu As-Sunni dan al-Hafidz Abu Nu'aim meriwayatkan bahwa do'a Rasulullah ketika hendak keluar menunaikan shalat adalah: اللّهم إنّي أسألك بحقّ السائلين....إلخ Para ulama; berkata, "ini adalah tawasul yang jelas dengan semua hamba beriman yang hidup atau yang telah mati. Rasulullah mengajarkan kepada sahabat dan memerintahkan mebaca do'a ini. Dansemua orang salaf dan sekarang selalu berdo'a dengan do'a ini ketika hendak pegi sholat." Abu Nu'aimah dalam kitab al-Ma'rifah, at-Tabrani dan Ibnu Majjah mentakhrij hadits: عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال لمّا ماتت فاطمة بنت أسد أم علي بن ابي طالب رضي الله عنهما -وذكر الحديث- وفيه: أنه صلى الله عليه وسلم اضطجع في قبرها وقال: الله الذى يحي ويميت وهو حيّ لايموت اغفر لأمّي فاطمة بنت أسد ولقنها حجتها ووسّع مدخلها بحقّ نبيّك والأنبياء والمرسلين قبلي فإنك أرحم الراحمين Dari Anas bin Malik ra, ia berkata, "ketika Fatimah binti Asad ibunda Ali bin Abi Thalib ra meninggal, maka sesungguhnya Nabi SAW berbaring diatas kuburannya dan bersabda: "Allah adalah Dzat yang Menghidupkan dan mematikan. Dia adalah Maha Hidup, tidak mati. Ampunilah ibuku Fatimah binti Asad, ajarilah hujjah (jawaban) pertanyaan kubur dan lapangkanlah kuburannya dengan hak Nabi-Mu dan nabi-nabi serta para rasul sebelumku, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang." Maka hendaklah diperhatikan sabda beliau yang berbunyi: بحقّ الأنبياء قبلي "Dengan hak para nabi sebelumku". Jika tawasul dengan orang-orang yang telah mati itu boleh, mengapa kholifah Umar din al-Khottob tawasul dengan al-Abbas, tidak dengan Nabi SAW? Para ulama' telah menjelaskan hal ini juga, mereka berkata: "Adapun tawasul Umar bin al-Khottob dengan al-Abbas ra bukanlah dalil larangan tawasul dengan orang yang telah meninggal dunia. Tawasul Umar bin al-Khottob dengan al-Abbas tidak dengan Nabi SAW itu untuk menjelaskan kepada orang-orang bahwa tawasul dengan selain itu boleh, tidak berdosa. Tentang mengapa dengan al-Abbas bukan dengan sahabat-sahabat lain, adalah untuk memperlihatkan kemuliaan ahli bait Rasulullah SAW. Apa dalilnya? Dalilnya adalah perbuatan para sahabat. Mereka selalu dan terbiasa bertawasul dengan rasulullah SAW setelah beliau wafat. Seperti yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dan Ibnu abi Syaibah dengan sanad yang shohih: "Sesungguhnya orang-orang pada masa kholifah Umaar banal-Khottob ra tertimpa paceklik karena kekurangan hujan. Kemudian Bilal bin al-Harits ra dating ke kuburan Rasulullah SAW dan berkata: "Ya rasulullah, mintakanlah hujjah untuk umatmu karena mereka telah binasa." Kemudian ketika Bilal tidur didatangi oleh Rasulullah SAW dan berkata: datanglah kepada Umar dan sampaikan salamku kepadanya dan beritahukan kepada mereka, bahwa mereka akan dituruni hujan. Bilal lalu dating kepada kholifah Umara dan menyampaikan berita tersebut. Umar menangis dan orang-orang dituruni hujan." Di mana letak penggunaan dalil hadits tersebut?Letak penggunaan dalil dr hadits tersebut adalah perbuatan Bilal bin Al-Harits, seorang sahabat Nabi SAW yang tidak diprotes oleh kholifah Umar maupun sahabat-sahabat Nabi lainnya. Imam ad-Darimi juga mentakhrij sebuah hadits: إن أهل المدينة قحطوا قحطا شديدا فشكوا إلى عائشة رضي الله عنها فقالت انظروا إلى قبر النبيّ صلى الله عليه وسلّم فاجعلوا منه كوى إلى السماء حتى يكون بيبه وبين السماء سقف ففعلوا فمطروا مطرا شديدا حتى نبت العشب وسمنت الإبل حتي تفتقن فيسمّى عام الفتقة "Sesungguhnya penduduk Madinah mengalami paceklik yang amat parah, karena langka hujan. Mereka mengadu kepada Aisyah ra dan ia berkata: "lihatlah kamu semua ke kuburan Nabi SAW lalu buatlah lubang terbuka yang mengarah ke arah langit, sehingga antara kuburan beliau dan langit tidak ada atap yang menghalanginya. Meeka melaksanakan perintah Aisyah, kemudian mereka dituruni hujan yang sangat deras, hingga rumput-rumput tumbuh dan unta menjadi gemuk." Ringkasnya, tawasul itu dibolehkan, baik dengan amal perbuatan yang baik maupun dengan hamba-hamba Allah yang soleh, baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal dunia. Bahkan tawasul itu telah berlaku sebelum Nabi Muhammad diciptakan. Apa dalil bahwa tawasul terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW diciptakan? Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Umar bin al-Khottob: "Ketika Nabi Adam terpeleset melakukan kesalahan, maka berkata, "Hai Tuhanku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad, Engkau pasti mengampuni kesalahanku." Allah berfirman: "Bagaimana kamu mengetahui Muhammad, padahal belum Aku ciptakan?" Nabi Adam berkata: "Hai Tuhanku, karena Engkau ketika menciptakanku dengan tangan kekuasaan-MU, aku mengangkat kepalaku kemudian aku melihat ke atas tiang-tiang arsy tertulis La ilaaha illa Allah. Kemudian aku mengerti, sesungguhnya Engkau tidak menyandarkan ke nama-MU, kecuali makhluk yang paling Engkau cintai." Kemudian Allah berfirman: "Benar engkau hai adam. Muhammad adalah makhluk yang paing Aku cintai. Apabila kamu memohon kepada-Ku dengan hak Muhammad, maka Aku mengampunimu, dan andaikata tidak karena Muhammad maka Aku tidak menciptakanmu."(HR. al-Hakim, at-Thobroni dan al-Baihaqi). Nabi Adam as adalah orang yang mula-mula tawasul dengan Nabi Muhammad SAW. Imam Malik telah memberi anjuran tawasulkepada Khalifah al-Mansur, yaitu ketika ia ditanya oleh kholifah yang sedang berada di masjid Nabawi: Saya sebaiknya menghadap kiblat dan berdo'a atau menghadap Nabi SAW?" Imam Malik berkata kepada kholifah, "Mengapa engkau memalingkan wajahmu dari beliau, padahal beliau adalah wasilahmu dan wasilah bapakku Nabi Adam as.kepada Allah SWT. Menghadaplah kepada beliau dan mohonlah pertolongan dengannya, Allah akan memberinya pertolongan dalam apa yang engkau minta." Allah befirman: "Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS.An-Nisa' :64). Keterangan ini disebutkan oleh al-Qodli ‘Iyadl dalam kitab as-Syifa'. Bagaimana cara tawasul? Para ulama telah menerangkan, bahwa tawasul dengan dzat-dzat yang mulia, seperti Nabi SAW, para Nabi dan hamba-hamba Allah itu ada tiga macam, yaitu: Memohon (berdoa) kepada Allah SWT.dengan meminta bantuan mereka. Contoh: اللهم إني أسألك بنبيك محمد أو بحقه عليك أو أتوجّه به إليك في كذا.... "Ya Allah, saya memohon kepada-Mu melalui Nabi-Mu Muhammad atau dengan hak beliau atas Kamu atau supaya saya menghadap kepada-Mu dengan Nabi SAW untuk..." Meminta kepada orang yang dijadikan wasilah agar ia memohon kepada Allah untuknya agar terpenuhi hajat-hajatnya seperti: يا رسول الله، ادع الله تعالى أن يستقينا أو... "Ya Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah SWT agar Dia menurunkan hujan atau..." Meminta sesuatu yang dibutuhkan kepada orang yang dijadikan wasilah, dan meyakininya hanya sebagai sebab Allah memenuhi permintaannya karena pertolongan orang yng dijadikan wasilah dank arena doanya pula. Cara ketiga ini sebenarnya sama dengan cara kedua. Tiga macam cara tawasul ini semua berdasarkan nash-nash yang shahih dan dalil-dalil yang jelas. Apa dalil tawasul dengan cara yang pertama? Dalil tawasul dengan cara yang pertama adalah hadits-hadits Nabi SAW antara lain: "Dari Autsman bin Hunaif ra: Sesungguhnya seorang laki-laki tuna netra datang kepada Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasululah, berdo'alah kepada Allah agar menyembuhkan saya." Beliau bersabda, "Jika engkau mau, berdoalah. Dan jika engkau mau bersabarlah (dengan kebutaan) karena hal itu (sabar) lebih baik untuk kamu." Laki-laki itu berkata: "berdo'alah untuk saya, karena mataku benar-benar benar-benar memberatkan (merepotkan)ku." Kemudian Nabi SAW memerintahkan si laki-laki itu agar berwudlu, shalat dua rakaat, lalu berdoa seperti doa dalam hadits yang arti doa itu adalah: "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui Nabi-Mu Muhammad, nabi pembawa rahmat. Ya Muhammad, sesungguhnya aku melalui kamu menghadap kepada Tuhanku dalam urusan hajatku ini, agar hajat itu dikabulkan kepadaku. Ya Allah, tolonglah beliau dalam urusanku." Si laki-laki itu melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW kemudian pulang dalam keadaan dapat melihat." Renungkanlah bagaimana Nabi SAW tidak berdoa sendiri untuk kesembuhan mata si tuna netra, tetapi beliau mengajarkan kepadanya cara berdoa dan menghadap kepada Allah melalui kedudukan diri beliau dan memohon kepada Allah agar meminta bantuan dengan beliau. Dalam hal ini, ada dalil yang jelas tentang kesunahan tawasul dan meminta bantuan dengan dzat Nabi Muhammad SAW. Ajaran tawasul dalam doa yang disebutkan pada hadits tersebut tidak khusus untuk laki-laki tuna netra itu saja, tetapi umum untuk umatnya seluruhnya, baik semasa beliau masih hidup atau sesudah wafat. Pemahaman rawi dalam menghadapi hadits itu dapat dijadikan hujjahsebagaimana diuraikan dalam ilmu ushul. Apa dalil tawasul dengan cara kedua? Dalilnya banyak, diantaranya: "Dari Anas ra.ia berkata: Ketika Nabi SAW berkhutbah pada hari Jum'at, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk dar pintu masjid dan langsung menghadap kepda Nabi SAW seraya berteriak: "Hai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalan telah putus, maka berdoalah kepada Allah supaya menghujani kami. Rasulullah SAW.lalu mengangkat tangan dan berdo'a, "Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami tiga kali. Anas berkata: "Demi Allah kami melihat awan di langit dan kami hari itu dituruni hujan begitu juga hari berikutnya. Kemudian si laki-laki itu atau orang lainnya datang dan berkata: "Ya Rasulullah rumah-rumah ambruk dan jalan-jalan terputus. "Kemudian Beliau berdoa: "Allah, turunkanlah hujan disekitar kita bukan diatas kita," kemudian awan terbelah dan kami keluar berjalan di bawah sinar matahari. Di dalam hadits yang shahih ini ada petunjuk atau dalil, bahwa setiap orang disamping boleh berdoa (memohon) kepada Allah secara langsung, boleh juga boleh juga mengunakan perantara orang-orang yang dicintai Allah yang dijadikan oleh-Nya sebagai sebab terpenuhinya hajat hamba-hambanya. Disamping itu, karena manusia ketika melihat dirinya masih berlepotan dosa yang membuatnya jauh dari Allah yang tentu saja merasa layak ditolak permohonannya. Sebab itu, ia menghadap kepada Allah melaui orang-orang yang dicintai-Nya, ia memohon kepada Allah denga kedudukan dan kemuliaan para kekasih-Nya, agar Allah mengabulkan hajatnya karena hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya yang mereka itu tidak tahu apa-apa kecuali ta'at kepada-Nya. Apa dalil tawasul yang ketiga? Dalilnya banyak antara lain: Dari Rabi'ah bin Malik al-Aslami ra.ia berkata Nabi SAW bersabda kepadaku: "Mintalah apa saja yang kamu inginkan." Saya berkata: "Saya memohon kepada-Mu dapat bersama-Mu di surga." Beliau bersabda: "Selain itu?" Saya berkata: "Hanya itu." Kemudian beliau bersabda: "Bantulah saya untuk memenuhi keinginanmu dengan memperbanyak sujud." (HR. Imam Muslim). أن قتادة نعمان أصيب بسهم في عينه عند يوم أحد فسالت على خدّه فجاء إلى رسول الله وقال عيني يارسول الله فخيره بين الصبر وبين أن يدعو له فاختار الدعاء فردّها عليه السلام بيده الشريفة إلى موضعها فعادت كما كانت Sesungguhnya Qotadah bin Nu'man pada waktu perang Uhud matanya terkena panah sampai keluar ke pipinya, lalu dating kepada Nabi SAW dan berkata: "mataku Ya Rasulullah." Beliau memberinya pilihan antara sabar dengan sakit pada matanya itu dan beliau berdoa untuk kesembuhannya. Qotadah memilih agar Rasulullah menyembuhkannya melalui doa. Kemudian beliau mengembalikan mata Qotadah ke tempatnya semula dengan mata beliau yang mulia sehingga kembali normal seperti semula." source : Risalah Amaliyah Nahdiyah ^_^ http://www.facebook.com/notes/imam-nawawi/tanya-jawab-sampai-tuntas-mengenai-tawassul-_/10150403852948203

Bersuci - At Thoharoh

Pertanyaan : Assalammu'alaikum ustad, kami keluarga mualaf. Saya pribadi ingin belajar ilmu agama seperti Mazhab, Fiqih, dll dng niat Lillahi Ta'Ala. Mohon bimbingannya dengan bagaimana mengawalinya. Syukron? Jawab : Belajar Fiqih Mulai dari cara bersuci... fahamilah redaksi berikut... THOHAROH Thoharoh menurut bahasa ialah bersuci atau membersihkan, sedangkan menurut Istilah agama Islam memiliki banyak penafsiran, diantaranya ialah sebuah bahasa menghilangkan hadats (kotor menurut agama), sebuah bahasa menghilangkan najis dan lain sebagainya, saingkatnya Thoharoh ialah setiap perbuatan yang mengantar dibolehkannya mendirikan ibadah shalat atau ibadah lainnya. Air merupakan salah satu alat membersihkan, seperti air hujan, air laut, air sungai, air sumur, mata air, air salju, air embun dan lain sebagainya. Bagian-bagian air Bagian-bagian air ada 4, yaitu ; Pertama, air suci mensucikan dan tidak makruh memakainya disebut air mutlak. Kedua, air suci mensucikan dan makruh memakainya seperti air panas terkena sinar matahari. Ketiga, air suci tidak mensucikan, seperti air bekas bersuci wudlu atau mandi besar. Dan Keempat, air najis. Siwak Diantara bersuci adalah siwak atau gosok gigi, ia disunnahkan di setiap kesempatan, kecuali bagi orang berpuasa jika telah tergelincir matahari. Menggososk gigi lebih ditekankan pada saat mengalami bau mulut, pada saat bangun tidur dan pada saat mau mendirikan shalat. Niat bersiwak نَوَيْتُ اسْتِواَكَ سُنَّةً ِللهِ تَعاَلىَ “Saya niat bersiwak, sunnah karena Allah” Wudlu Diantara bersuci adalah wudlu, fardu wudlu ada 6, yaitu ; 1. Niat, seperti ; نَوَيْتُ رَفْعَ الحَدَثِ الأَصْغَرِ ِلإِسْتِباَحَةِ الصَّلاَةِ فَرْضاً ِللهِ تَعاَلىَ “Saya niat menghilangkan hadats kecil karena untuk diperbolehkannya shalat, fardu karena Allah” 2. Mencuci muka, 3. Mencuci kedua tangan, 4. Mengusap kepala, 5. Mencuci kedua kaki, dan 6. Tertib Sumb : Kitab Kasyifatus-saja (Disusun : Syekh Nawawi Albantani)

Sabtu, 24 September 2011

Pengertian Wali Allah

Pengertian Wali Allah Dalam Kitab Jami’u karomatil Auliya Juz 1 hal 7 Syeh Yusup bin sulaiman berpendapat bahwa “wali ialah orang yang sangat dekat kepada Alloh lantaran penuh ketaatannya dan oleh karena itu Alloh memberikan kuasa kepadanya dengan Karomah dan penjagaan” maksudnya adalah orang yang menjadi dekat keadaan jiwanya kepada Alloh karena ketaatan dia akibatnya Alloh menjadi dekat orang tersebut dan diberikan anugrah oleh Alloh berupa “karomah” dan penjagaan untuk tidak terjerumus berbuat maksiat,apabila dia terjerumus berbuat maksiat maka cepat-cepat dia bertaubat. Menurut Wali qutubul Aqthob Al-Marhum Imam Al-Hafidz Al-Musnid Al-Habib Abdullah Bin Abdil Qodir Bilfaqih Al-Alawy ra. mengatakan bahwa : الوَلِىُّ هُوَ ْالمُؤْمِنُ ْالمُتَّقِيُّ yang dinamakan Wali itu adalah seorang mu`min yang bertaqwa. Sedangkan kunci ingin menjadi wali menurut Ulama Besar Ibnu Qoyim ra. didalam kitabnya” Hadil Arwah ila baladil afroh “ halaman 60 menyatakan : مِفْتَاحُ ْالوِلَايَةِ ْالمَحَبَّةُ وَالذِّكْرُ “ Kuci kewalian adalah Cinta dan Dzikir “ Dan dapat diketahui dengan melihat ciri-cirinya atau tanda-tandanya sebagaimana diungkapkan oleh Ulama besar Sayyid Mahfud Abul Faidh Almanufi AlHusaini dalam kitabnya “ Jamharatul Auliya “ menerangkan bahwa : Tanda ( alamat ) bagi seorang wali itu ada 3 : 1.agar menjadikan kemauan kerasna demi untuk Allah 2.Pelariannya kepada Allah dan 3.Kemasygulannya dengan Alloh Sedangkan menurut pendapat Imam Ghozali dalam “ Mukasyafatul Qulub “ menyatakan bahwa : Tanda-tanda wali itu ada 3 : 1.Ia akan selalu disibukkan dengan Alloh 2.Pelariannya selalu kepada Allah 3.Tujuannya hanya kepada Allah.

Kamis, 22 September 2011

ليس كمثله شيئ : THERE IS NOTHING LIKES HIM (ALLAH SWT)

:Isi-isi Ilmu Tauhid مبادئ علم التوحيد) 1. Definisi Ilmu Tauhid (تعريفه): Imu yang mempelajari tentang sifat-sifat Allah dan para rasul, baik sifat-sifat yang wajib, mustahil maupun ja'iz, yang jumlah semuanya ada 50 sifat. Sifat yang wajib bagi Allah ada 20 sifat dan sifat yang mustahil ada 20 sifat serta sifat yang ja'iz ada 1 sifat. Begitupula sifat yang wajib bagi para rasul ada 4 sifat (sidiq. tabligh, amanah, dan fathanah) dan sifat yang mustahil ada 4 sifat (kidzb / bohong, kitman / menyembunyikan, khianat, dan bodoh) serta sifat yang ja'iz ada 1 sifat. 50 sifat ini dinamakan "Aqidatul Khomsin / عقيدة الخمسين ". Artinya: Lima puluh Aqidah. 2. Materi Ilmu Tauhid: Dzat Allah dan sifat-sifat Allah. 3. Pelopor atau Pencipta Ilmu Tauhid (واضعه): Imam Abul Hasan Al-Asy'ari (260 H - 330 H / 873 M - 947 M ) dan Imam Abul Manshur Al-Mathuridi ( 238 - 333 H / 852 - 944 M ). 4. Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid (حكمه): Wajib 'ain dengan dalil ijmali (global) dan wajib kifayah dengan dalil tafshili. 5. Nama lain dari Ilmu Tauhid (اسمه): Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Ilmu 'Aqa'id. 6. Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu-ilmu lain (نسبته): Asal untuk ilmu-ilmu agama dan cabang untuk ilmu-ilmu selainnya. 7. Masalah-masalah Ilmu Tauhid (مسائله): Sifat-sifat wajib, mustahil, dan ja'iz bagi Allah swt dan para Rasul-Nya. 8. Pengambilan Ilmu Tauhid (استمداده): Dari Al-Qur'an, Al-Hadits, dan akal yang sempurna. 9. Faedah Ilmu Tauhid (فائدته): Supaya sah melakukan amal-amal sholeh di dunia. Di dalam kitab "Hasiyah ad-Dasuqi 'ala Ummi al-Barahin" karya Syeikh Muhammad Dasuqi halaman 83 diterangkan bahwa: و اعلم أن من اعتقد أن الله جسم كالأجسام فهو كافر و من اعتقد أنه جسم لا كالأجسام فهو عاص غير كافر و الاعتقاد الحق اعتقاد أن الله ليس بجسم و لا صفة و لا يعلم ذاته الا هو Artinya: " Dan hendaklah kalian ketahui bahwa sesungguhnya barangsiapa meyakinkan Allah itu seperti jisim (bentuk suatu makhluk) sebagaimana jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut hukumnya kafir (orang yang kufur dalam aqidah, bukan orang murtad). Dan barangsiapa meyakinkan bahwa Dia seperti jisim, namun tidak seperti jisim-jisim lainnya, maka orang tersebut adalah orang yang durhaka, bukan kafir. Adapun keyakinan (i'tiqad) yang benar adalah keyakinan yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah itu bukan jisim dan bukan pula sifat. Tidak ada seorang makhluk pun yang dapat mengetahui dzat Allah terkecuali hanya Dia semata". Penjelasan di atas merupakan bagian penjelasan dari sifat Allah "Al-Mukhalafah lil Hahaditsi (المخالفة للحوادث ) . Artinya: Allah swt berbeda dengan makhluk. Pokoknya tidak ada sesuatu pun yang dapat menyerupai Allah, baik dari segi dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun pekerjaan-pekerjaan-Nya, sebagaimana firman Allah swt: ليس كمثله شيئ و هو السميع البصير (As-Syura: 11)

BETULKAH NASHIRUDIN AL-ALBANI AHLI HADITS ?

BETULKAH NASHIRUDIN AL-ALBANI AHLI HADITS ? Di kalangan salafi (wahabi), lelaki satu ini dianggap muhaddits paling ulung di zamannya. Itu klaim mereka. Bahkan sebagian mereka tak canggung menyetarakannya dengan para imam hadis terdahulu. Fantastis. Mereka gencar mempromosikannya lewat berbagai media. Dan usaha mereka bisa dikata berhasil. Kalangan muslim banyak yang tertipu dengan hadis-hadis edaran mereka yang di akhirnya terdapat kutipan, “disahihkan oleh Albani, ”. Para salafi itu seolah memaksakan kesan bahwa dengan kalimat itu Al-Albani sudah setaraf dengan Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah dan lainnya. Sebetulnya, kapasitas ilmu tukang reparasi jam ini sangat meragukan (kalau tak mau dibilang “ngawur”). Bahkan ketika ia diminta oleh seseorang untuk menyebutkan 10 hadits beserta sanadnya, ia dengan entengnya menjawab, “Aku bukan ahli hadits sanad, tapi ahli hadits kitab.” Si peminta pun tersenyum kecut, “Kalau begitu siapa saja juga bisa,” tukasnya. Namun demikian dengan over pede-nya Albani merasa layak untuk mengkritisi dan mendhoifkan hadis-hadis dalam Bukhari Muslim yang kesahihannya telah disepakati dan diakui para ulama’ dari generasi ke generasi sejak ratusan tahun lalu. Aneh bukan?. Siapakah Nashirudin al- Albani? Dia lahir di kota Ashkodera, negara Albania tahun 1914 M dan meninggal dunia pada tanggal 21 Jumadal Akhirah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yordania. Pada masa hidupnya, sehari-hari dia berprofesi sebagai tukang reparasi jam. Dia memiliki hobi membaca kitab-kitab khususnya kitab-kitab hadits tetapi tidak pernah berguru kepada guru hadits yang ahli dan tidak pernah mempunyai sanad yang diakui dalam Ilmu Hadits. Dia sendiri mengakui bahwa sebenarnya dia tidak hafal sepuluh hadits dengan sanad muttashil (bersambung) sampai ke Rasulullah, meskipun begitu dia berani mentashih dan mentadh’iftan hadits sesuai dengan kesimpulannya sendiri dan bertentangan dengan kaidah para ulama hadits yang menegaskan bahwa sesungguhnya mentashih dan mentadh’ifkan hadits adalah tugas para hafidz (ulama ahli hadits yg menghapal sekurang-kurangnya seratus ribu hadits). Namun demikian kalangan salafi menganggap semua hadits bila telah dishohihkan atau dilemahkan Albani mereka pastikan lebih mendekati kebenaran. Penyelewengan Albani Berikut diantara penyimpangan-penyimpangan Albani yang dicatat para ulama’ 1) Menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya sebagaimana dia sebutkan dalam kitabnya berjudulAlmukhtasar al Uluww hal. 7, 156, 285. 2) Mengkafirkan orang-orang yang bertawassul dan beristighatsah dengan para nabi dan orang-orang soleh seperti dalam kitabnya “at-Tawassul” . 3) Menyerukan untuk menghancurkan Kubah hijau di atas makam Nabi SAW (Qubbah al Khadlra’) dan menyuruh memindahkan makam Nabi SAW ke luar masjid sebagaimana ditulis dalam kitabnya“Tahdzir as-Sajid” hal. 68-69. 4) Mengharamkan penggunaan tasbih dalam berdzikir sebagaimana dia tulis dalam kitabnya “Salsalatul Ahadits Al-Dlo’ifah” hadits no: 83. 5) Mengharamkan ucapan salam kepada Rasulullah ketika shalat dg kalimat “Melarang Assalamu ‘alayka ayyuhan-Nabiyy”. Dia berkata: Katakan “Assalamu alan Nabiyy” alasannya karena Nabi telah meninggal, sebagaimana ia sebutkan dalam kitabnya yang berjudul “Sifat shalat an-Nabi”. 6) Memaksa umat Islam di Palestina untuk menyerahkan Palestina kepada orang Yahudi sebagaimana dalam kitabnya “Fatawa al Albani”. 7) Dalam kitab yang sama dia juga mengharamkan Umat Islam mengunjungi sesamanya dan berziarah kepada orang yang telah meninggal di makamnya. 8) Mengharamkan bagi seorang perempuan untuk memakai kalung emas sebagaimana dia tulis dalam kitabnya “Adaab az-Zafaaf “, 9) Mengharamkan umat Islam melaksanakan solat tarawih dua puluh raka’at di bulan Ramadan sebagaimana ia katakan dalam kitabnya “Qiyam Ramadhan” hal.22. 10) Mengharamkan umat Islam melakukan shalat sunnah qabliyah jum’at sebagaimana disebutkan dalam kitabnya yang berjudul “al Ajwibah an-Nafiah”. Ini adalah sebagian kecil dari sekian banyak kesesatannya, dan Alhamdulillah para Ulama dan para ahli hadits tidak tinggal diam. Mereka telah menjelaskan dan menjawab tuntas penyimpangan-penyimpangan Albani. Diantara mereka adalah: 1. Muhaddits besar India, Habibur Rahman al-’Adhzmi yang menulis “Albani Syudzudzuhu wa Akhtha-uhu” (Albani, penyimpangan dan kesalahannya) dalam 4 jilid; 2. Dahhan Abu Salman yang menulis “al-Wahmu wath-Thakhlith ‘indal-Albani fil Bai’ bit Taqshit” (Keraguan dan kekeliruan Albani dalam jual beli secara angsuran); 3. Muhaddits besar Maghribi, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin as-Siddiq al-Ghumari yang menulis“Irgham al-Mubtadi` ‘al ghabi bi jawazit tawassul bin Nabi fil radd ‘ala al-Albani al-Wabi”; “al-Qawl al-Muqni` fil radd ‘ala al-Albani al-Mubtadi`”; “Itqaan as-Sun`a fi Tahqiq ma’na al-bid`a”; 4. Muhaddits Maghribi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin as-Siddiq al-Ghumari yang menulis “Bayan Nakth an-Nakith al-Mu’tadi”; 5. Ulama Yaman, ‘Ali bin Muhammad bin Yahya al-’Alawi yang menulis “Hidayatul-Mutakhabbitin Naqd Muhammad Nasir al-Din”; 6. Muhaddits besar Syria, Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menulis “Radd ‘ala Abatil wal iftira’at Nasir al-Albani wa shahibihi sabiqan Zuhayr al-Syawish wa mu’azirihima” (Penolakan terhadap kebatilan dan pemalsuan Nasir al-Albani dan sahabatnya Zuhayr al-Syawish serta pendukung keduanya); 7. Muhaddits Syria, Syaikh Muhammad ‘Awwama yang menulis “Adab al-Ikhtilaf” dan “Atsar al-hadits asy-syarif fi ikhtilaf al-a-immat al-fuqaha”; 8. Muhaddits Mesir, Syaikh Mahmud Sa`id Mamduh yang menulis “Tanbih al-Muslim ila Ta`addi al-Albani ‘ala Shahih Muslim” (Peringatan kepada Muslimin terkait serangan al-Albani ke atas Shahih Muslim) dan “at-Ta’rif bil awham man farraqa as-Sunan ila shohih wad-dho`if” (Penjelasan terhadap kekeliruan orang yang memisahkan kitab-kitab sunan kepada shohih dan dho`if); 9. Muhaddits Arab Saudi, Syaikh Ismail bin Muhammad al-Ansari yang menulis “Ta`aqqubaat ‘ala silsilat al-ahadits adh-dha`ifa wal maudhu`a lil-Albani” (Kritikan atas buku al-Albani “Silsilat al-ahadits adh-dha`ifa wal maudhu`a”); “Tashih Sholat at-Tarawih ‘Isyriina rak`ataan war radd ‘ala al-Albani fi tadh`ifih”(Kesahihan tarawih 20 rakaat dan penolakan terhadap al-Albani yang mendhaifkannya); “Naqd ta’liqat al-Albani ‘ala Syarh at-Tahawi” (Sanggahan terhadap al-Albani atas ta’liqatnya pada Syarah at-Tahawi”; 10. Ulama Syria, Syaikh Badruddin Hasan Diaab yang menulis “Anwar al-Masabih ‘ala dhzulumatil Albani fi shalatit Tarawih”. Hendaknya seluruh umat Islam tidak gegabah menyikapi hadits pada buku-buku yang banyak beredar saat ini, terutama jika di buku itu terdapat pendapat yang merujuk kepada Albani dan kroni-kroninya. Wallohu A’lam bish-Showab. Semoga bermanfa’at untuk kehati-hatian dalam mengambil ilmu dan ulama’. Aamiin

Indahnya Budi Pekerti

, diriwayatkan dalam musnad Imam Ahmad yang memperjelas makna hadits ini : رُبَّ أَشْعَثٍ مَدْفُوْعٍ بِاْلأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ “Hati-hati terhadap para pengemis yang diusir di pintu-pintu rumah sebagian orang, kalau mereka bersumpah atas nama Allah maka Allah kabulkan doanya”. Demikian peringatan Sang Nabi kepada kita untuk berlemah lembut kepada fuqara’. Hadirin hadirat…Allah SWT juga berfirman di dalam hadits qudsy Al Imam Muslim di dalam Shahihnya ; “ Bahwa jika Allah SWT berhadapan dengan hamba-hambaNya seraya berfirman: يَا ابْنَ آدَمَ إِنِّيْ جَائِعٌ فًلَا تُطْعِمُنِيْ wahai keturunan Adam Aku ini lapar di kehidupan dunia dan kau tidak memberiKu makan, maka hamba-hambaNya berkata : يَارَبِّ كَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ اْلعَالَمِيْنَ Rabbi, bagaimana aku memberiMu makan sedangkan Engkau Rabbul ‘Alamin? , maka Allah berkata : اِسْتَطْعَمَكَ عَبْدِيْ فُلاَنْ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَاعَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِيْ “HambaKu fulan mengemis kepada mu dia kelaparan dan kau tidak memberinya makan, taukah kamu jika kamu memberinya makan, makanan itu sampai kehadapan Ku?”, maksudnya bukan sampai makanannya, tetapi perbuatan mulia itu dimuliakan oleh Allah. Lanjutan Hadits ini (hadits pembahasan utama) : أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّار … Maukah ku kabarkan kepada kalian siapakah penduduk neraka itu? عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِر Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari Bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan; “makna Utullin Jawwathin Mutakabbir adalah orang yang makan minum sendiri dan tidak peduli terhadap fuqara’ dan tidak mau peduli terhadap orang miskin. Orang-orang yang sombong, makan minum sendiri dan tidak mau tau tentang orang-orang miskin, dan mereka itu selalu berucap dengan kalimat-kalimat yang sombong, mereka itu penduduk neraka kata Rasul SAW. مُسْتَكْبِر (orang yang sombong) Na’udzubillah semoga Allah menjaga kita dari sifat sombong. Manusia yang paling indah Sayyidina Muhammad SAW…Diteruskan hadits ini terikat dengan riwayat Anas bin Malik ra tentang indahnya Nabi SAW, Rasul SAW itu orang yang paling sopan dan ramah. Berkata Sayyidina Anas bin Malik RA, (disaat itu) masa perbudakan masih belum sirna, kalau budak-budak yang datang dari Habsyah atau dari mana-mana yang diperjualkan di Madinah itu memegang tangan Rasululullah SAW , maka Rasululullah SAW ikut dibawa pergi kemanapun oleh para budak itu. Al Imam Ibn Hajar RA berkata bahkan diantara mereka mengajak Nabi untuk ke luar Madinah, maka Nabi ikut sampai ke luar Madinah. Nabi SAW tidak mau melepaskan tangan orang yang masih menggenggam tangan beliau SAW walaupun seorang budak. Diajak budak kesana ikut, sampai ke luar Madinah ditarik ikut. Demikian indahnya budi pekerti Rasulullah SAW

KISAH 3 PEMUDA

Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Terjadi di masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam di dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada di dalam gua itu, ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas bukit dan menutup pintu gua itu sehingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka, "Sungguh tidak ada yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali jika kalian bertawassul kepada Allah dengan amal-amal shalehyang pernah kalian lakukan dahulu. " Maka seorang dari mereka berdoa, "Ya Allah, dahulu saya mempunyai ayah dan ibu dan sudah menjadi kebiasaanku tidak memberi minuman susu kepada seorangpun sebelum keduanya (ayah dan ibu), baik kepada keluargaku atau kepada hamba sahaya. Maka pada suatu hari saya agak jauh menggembala ternak sehingga saya terlambat tidak kembali kepada keduanya hingga malam hari dan ketika itu ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya segan untuk membangunkan keduanya tetapi saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bundaku. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar lalu bangunlah keduanya dan minum susu yang saya perahkan itu. Padahal malam itu anak-anakku juga menangis meminta susu itu di dekat kakiku. Ya Allah, jika saya lakukan itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu maka lepaskanlah kami dari kesulitan ini. Maka bergeserlah batu itu sedikit hanya saja mereka belum dapat keluar dari gua tersebut. Lalu orang yang kedua berdoa, "Ya Allah, dahulu saya pernah jatuh cinta pada anak gadis pamanku. Karena cinta kasihku saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya tetapi ia selalu menolak hingga terjadilah pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku. Maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar dengan janji bahwa ia akan menyerahkan kegadisannya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya tiba-tiba ia berkata, "Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih menginginkannya dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah, bila saya berbuat itu semata-mata karenamengharapkan keridhaan-Mu maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini." Maka bergeserlah batu itu sedikit tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya. Lalu berdoalah orang yang ketiga, "Ya Allah, saya dahulu menjadi majikan yang mempunyai banyak buruh dan pegawai. Pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu lalu segera pergi dan meninggalkan upahnya terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali. Maka saya perniagakan upah itu hingga bertambah dan berbuah menjadi harta kekayaan yang banyak. Kemudian setelah berselang waktu cukup lama, buruh itu datang kembali dan berkata, "Hai hamba Allah berikan kepadaku upahku yang dahulu itu."Aku menjawab, "Semua kekayaan di depanmu yang berupa unta, lembu, kambing dan budak penggembalanya itu adalah upahmu." Orang itu berkata, "Hai hamba Allah, janganlah engkau mengolok-olokkan aku." Aku menjawab, "Aku tidak mengolok-olokkan kamu." Maka diambilnya semua yang saya sebutkan itu dan tidak ditinggalkan seekor pun daripadanya. "Ya Allah, jika saya berbuat itu karena mengharapkan keridhaan-Mu maka bebaskanlah kami dari kesempitan ini." Tiba-tiba batu itupun bergeser lagi sehingga mereka dapat keluar dengan selamat." (Bukhari - Muslim).

Biografi Singkat Syeikh Nawawi Al-Bantani (1813-1897)

Biografi Singkat Syeikh Nawawi Al-Bantani (1813-1897) admin Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, adalah ulama Indonesia bertaraf internasional, lahir di Kampung Pesisir, Desa Tanara, Kecamatan Tanara, Serang, Banten, 1815. Sejak umur 15 tahun pergi ke Makkah dan tinggal di sana tepatnya daerah Syi’ab Ali, hingga wafatnya 1897, dan dimakamkan di Ma’la. Ketenaran beliau di Makkah membuatnya di juluki Sayyidul Ulama Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz). Daerah Hijaz adalah daerah yang sejak 1925 dinamai Saudi Arabia (setelah dikudeta oleh Keluarga Saud). Diantara ulama Indonesia yang sempat belajar ke Beliau adalah Syaikhona Khalil Bangkalan dan Hadratusy Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kitab-kitab karangan beliau banyak yang diterbitkan di Mesir, seringkali beliau hanya mengirimkan manuscriptnya dan setelah itu tidak mempedulikan lagi bagaimana penerbit Menyebarluaskan hasil karyanya, termasuk hak cipta dan royaltinya. Selanjutnya kitab-kitab beliau itu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan agama di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan Malaysia, Filipina, Thailand, dan juga negara-negara di Timur Tengah. Begitu produktifnya beliau dalam menyusun kitab (semuanya dalam bahasa Arab) hingga orang menjulukinya sebagai Imam Nawawi kedua. Imam Nawawi pertama adalah yang membuat Syarah Shahih Muslim, Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Riyadlush Shalihin, dll. Namun demikian panggilan beliau adalah Syekh Nawawi bukan Imam Nawawi. Jumlah kitab beliau yang terkenal dan banyak dipelajari ada sekitar 22 kitab. Antara lain : Mirah Labid, tafsir Al-Qur’an yang berhasil membahas dengan rinci setiap ayat suci Al-Qur’an. Uqudul Lijain Kitab tentang etika berumah tangga, (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia) telah menjadi bacaan wajib para mempelai yang akan segera menikah. Nihayatuz Zain, Kitab yang membahas secara tuntas berbagai masalah fiqih (syariat Islam). Mirqatus Su’udit Tashdiq, judul baru dari Sebuah kitab kecil tentang syariat Islam yang berjudul Sullam (Habib Abdullah bin Husein bin Tahir Ba’alawi), diberinya Syarah (penjelasan rinci). Tanqihul Qoul, syarah Kitab Lubabul Hadith Salah satu karya beliau dalam hal kitab hadits (Imam Suyuthi). Nashaihul Ibad Kitab Hadits lain yang sangat terkenal, yang beberapa tahun yang lalu dibahas secara bergantian oleh Alm. KH Mudzakkir Ma’ruf dan KH Masrikhan (dari Masjid Jami Mojokerto) dan disiarkan berbagai radio swasta di Jawa Timur. Kitab itu adalah syarah dari kitabnya Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Di antara karomah beliau adalah, saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (karya Imam Ghozali), lampu minyak beliau padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan dengan sekedup onta (di jalan pun tetep menulis, tidak seperti kita, melamun atau tidur). Beliau berdoa, bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat kaum muslimin, mohon kepada Allah SWT memberikan sinar agar bisa melanjutkan menulis. Tiba-tiba jempol kaki beliau mengeluarkan api, bersinar terang, dan beliau meneruskan menulis syarah itu hingga selesai. Dan bekas api di jempol tadi membekas, hingga saat Pemerintah Hijaz memanggil beliau untuk dijadikan tentara (karena badan beliau tegap), ternyata beliau ditolak, karena adanya bekas api di jempol tadi. Karomah yang lain, nampak saat beberapa tahun setelah beliau wafat, makamnya akan dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang belulangnya dan liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lain (sebagaimana lazim di Ma’la). Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syekh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Karena itu, bila pergi ke Makkah, Insya Allah kita akan bisa menemukan makam beliau di Pemakaman Umum Ma’la. Banyak juga kaum Muslimin yang mengunjungi rumah bekas peninggalan beliau di Serang, Banten. Nama Syekh Nawawi Banten sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia. Bahkan sering terdengar disamakan kebesarannya dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi’i Imam Nawawi (w.676 H/l277 M). Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikaji, nama Kiai asal Banten ini seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam yang menyejukkan. Di setiap majlis ta’lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu; dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam mengarahkan mainstrim keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang berada di bawah naungan NU. sUmBeR : DI AMBIL DARI BERBAGAI SUMBE

ILMU MANTIQ / ILMU LOGIKA / LOGICS

Mabadi' / Pokok-pokok Ilmu Mantiq (مبادئ علم المنطق): ============================ 1. Definisi / ta'rif: علم يعرف فيه عن المعلومات التصورية و التصديقية من حيث انها توصل الى مجهول تصوري او تصديقي Artinya: "Ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang sudah diketahui gambarannya dan pembenarannya sekira-kira ia bisa mendatangkan kepada sesuatu yang samar gambarannya atau pembenarannya. Atau bisa juga dikatakan: Ilmu yang mempelajari tentang ta'rif / definisi atau dalil / hujjah / argumentasi berdasarkan akal pikiran yang sehat dalam rangka menuju jalan kebenaran dalam dunia keilmuan. Atau: "ilmu yang mempelajari tentang cara berpikir yang tepat, sehat, dan benar untuk memperoleh jalan kebenaran sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam ilmu logika. 2. Objek atau sasaran ilmu mantiq / logika ( موضوعه ): المعلومات التصورية و التصديقية من حيث المذكورة صحة ايصالها الى مجهول 3. Pelopor atau pencipta ilmu logika (واضعه ): Aristoteles 4. Hukum mempelajari ilmu mantiq / logika (حكمه ): a. Kalau ilmu mantiqnya tidak bercampur dengan kesesatan para filosuf, maka hukumnya fardhu kifayah berdasarkan kesepakatan para ulama. b. Kalau ilmu mantiqnya bercampur kesesatan para filosuf, maka hukumnya diperselisihkan di kalangan ulama, yaitu bisa haram dan bisa boleh. Tapi yang masyhur hukumnya diperbolehkan apabila orang yang mempelajarinya sempurna aka pikirannya. 5. Nama lain dari ilmu mantiq (اسمه ): Ilmu Mantiq, Ilmu Mizan dan Mi'yarul 'Ulum 6. Hubungan ilmu mantiq dengan ilmu-ilmu lain (نسبته الى غيره ): Masing-masing mempunyai perbedaan tersendiri 7. Masalah2 dalam ilmu mantiq (مسائله ): ilmu pengetahuan berikut pembagiannya 8. Pengambilan ilmu mantiq (استمداده ): diambil dari akal pikiran yang sehat 9. Faedah ilmu mantiq (فائدته ): عصمة الذهن عن الخطء فى الفكر Artinya: Menjaga kesalahan dalam berpikir. Kata Imam Ghazali: من لا معرفة له بعلم المنطق لا يوثق بعلمه Artinya: Barangsiapa tidak tahu ilmu mantiq (ilmu logika), maka tidak bisa dipercaya ilmunya. 10. Keutamaan mempelajari ilmu mantiq (فضله ): فوقانه على غيره من حيث كونه عام لنفع اذ لا من العلم الا يحتاج الى التعريف و الدليل Artinya: Berada di atas ilmu selainnya sekira-kira ilmu mantiq tersebut berlaku umum kemanfa'atannya. Karena, tidak ada ilmu mantiq terkecuali butuh kepada ta'rif (definisi) dan dalil (hujjah / argumentasi). PEMBAHASAN بسم الله الرحمن الرحيم DALAM ILMU MANTIQ / LOGIKA ============================================= Arti بسم الله الرحمن الرحيم yaitu: بكل اسم من أسماء الذات الجامعة لجميع الصفات الالوهية بجلائل النعم المنعم بدقائقها Ta'alluq / kaitan ilmu mantiq kepada lapadz بسم الله ada dua tinjauan, yaitu: 1. Ditinjau dari segi Mufradat (مفردات )dan 2. Ditinjau dari segi Murakkabat (مركبات ) I. Lapadz بسم الله الرحمن الرحيم Ditinjau dari Segi Mufradat: ============================ 1. Huruf ba' (باء ) pada lapadz بسم الله menurut ahli mantiq dinamakan lapadz adat (اداة), yang definisinya, yaitu: ما لا يصح لأن يخبر به وحده Artinya: "Sesuatu yang tidak sah dijadikan khabar sendirian". Seperti huruf jar, misalnya فى Ini huruf jar فى tidak bisa dijadikan khabar sendirian. Contohnya: زيد فى Ini huruf jar فى kalau mau dijadikan khabar harus majrur (huruf yang dije'erkan)nya. Contoh: زيد فى الدار Jadi, ini lapadz اداة menurut ilmu mantiq dan kalimat huruf menurut ilmu nahwu (ilmu tentang baris-baris kalimat bahasa Arab). 2. Ta'alluq ilmu mantiq kepada lapadz اسم Lapadz اسم menurut ilmu mantiq dinamakan lapadz اسم juga, yang definisinya: ما يصح لأن يخبر به وحده و لم يدل بهيئته و صيغته احد اللازمات الثلاثة Artinya: Sesuatu yang sah dijadikan khabar sendiri (tanpa sesuatu yang lain) dan tidak menunjukkan tingkah dan sighatnya kepada salah satu dari tiga zaman. Contohnya: العالم زيد Jadi, ini lapadz اسم dinamakan اسم baik menurut ilmu mantiq maupun ilmu nahwu. Adapun menurut ilmu nahwu, kalimat (كلمة) itu ada 3, yaitu: 1. Lapadz اسم 2. Lapadz فعل dan 3. Lapadz كلمة Sedangkan dalam ilmu mantiq ada 3, yaitu: اسم , فعل dan اداة 3. Ta'alluq ilmu mantiq kepada lapadz الله Lapadz الله dalam ilmu mantiq dinamakan lapadz اسم جزئي حقيقي tapi kalau menurut ilmu nahwu dinamakan kalimat اسم عالم (isim 'alam) Adapun yang dinamakan isim 'alam menurut ilmu mantiq di sini adalah: معناه واحد و تشخصه ذلك المعنى أي لأ يصدق على كثيرين Artinya isim (noun) yang mempunyai makna satu dan tidak menunjukkan kepada makna selainnya. Contoh lapadz زيد Ini lapadz زيد dinamakan اسم جزئي حقيقي Karena maknanya cuma satu, yaitu: ذات مشخصة المسمى بزيد Begitupula dengan lapadz الله dinamakan اسم حزئئ حقيقي Karena, maknanya lapadz الله yaitu الذات المعبود الوجود بالحق dan ketentuannya tidak ditujukan kepada yang lainnya. Jadi, kalau kita mau ibadah kepada Allah jangan ditujukan kepada Allahnya, tapi harus dii'tiqadkan oleh hati kita kepada dzat Allah swt. Karena lapadz Allah itu cuma hanya nama saja. Berbeda dengan isim kulli (اسم كلي), yang defininya: و هو ما يفهم الاشتراك Artinya: Setiap lapadz isim yang memberi pengertian kepada makna isytirak atau berbarengan kepada lapadz isim lainnya. Kata Syeikh Nafkhah: الشيئ لا يتضح غاية الايضاح الا بعد معرفة مقابله Contoh اسم كلي seperti lapadz انسان Ini lapadz انسان menunjukkan lapadz isim yang banyak, yaitu: حيوان ناطق Artinya: Makhluk yang bisa berpikir. Seperti: Zaed, Bakar, Umar dan sebagainya. 4. Ta'alluq ilmu mantiq kepada lapadz الرحمن الرحيم Lapadz الرحمن الرحيم dinamakan juga isim kulli (اسم كلي) seperti halnya lapadz الله Tapi je'er atau kasrahnya lapadz الرحمن الرحيم sah ditujukan kepada selain lapadz الله sehingga dinamakan lapadz كلي له فرد واحد مع استحالة وجوده seperti lapadz الاله Karena kulliyun (كلي) dibagi kepada enam bagian, yaitu: a. كلي لم يوجد فيه فرد واحد مع امكان وجوده Seperti: بحر الزئبق b. كلي لم يوجد فيه فرد واحد مع استحالةوجوده Seperti lapadz الشريك البارى c. كلي وجد فيه فرد واحد مع استحالةوجود غيره Seperti lapadz الاله d. كلي وجد فيه فرد واحد مع امكان وجود غيره Seperti lapadz الشمس e. كلي وجد فيه أفراد كثيرة مع التناهى Seperti lapadz الكواكب السبعة f. كلي وجد فيه أفراد كثيرة مع عدم التناهى Seperti lapadz النعمة II. Lapadz بسم الله الرحمن الرحيم Ditinjau dari Segi Murakkabat:

MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB: PENDIRI AJARAN WAHHABI

Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha?i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi. Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawaiqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafii, menulis surat berisi nasehat: Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul Adham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti Jalan muslimin. Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115) Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jamaah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri. Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan. Lelaki itu bertanya lagi kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu persen pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim.? Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. SEJARAH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB, PENDIRI AJARAN WAHHABI ================================================= Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu. Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dariyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga. Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hisan - hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad. Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Kabah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma'la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkahbisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Saud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafii yang sudah mapan. Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma'la (Mekkah), di Baqi dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena banyak yang menentangnya maka diurungkan. Pengembangan kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah SAW dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi SAW terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal. Islam dengan tafsiran kaku yang dipraktikkan wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru. Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah. Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir, katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala. Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan- peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul SAW. Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan- peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari. Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bidah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini. Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik). Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bidah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bidah Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Saud. Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana, sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan) Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul). (HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban : Nabi SAW pernah berdoa: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdoa: Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya beliau SAW bersabda: Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan., Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan. Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan, bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul), karena ahli bidah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jalaudz Dzolam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin. (AI-Hadits) BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab. Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: Ba daa halaakul khobiits (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji)

MEMBANGKITKAN CITA-CITA: ايقاظ الهمم

اذا فتج لك وجهة من التعرف فلا تبال معها ان قل عمله . فانه ما فتحها لك الا و هو يريد أن يتعرف اليك . ألم تعلم أن التعرف هو مورده عليك , و الأعمال أنت مهديها اليه , و أين ما تهديه اليه بما هو مورده عليك ؟؟؟ Artinya: Apabila Allah membukakan anda jalan untuk mengenal-Nya, maka janganlah anda perduli terhadap sedikitnya amalan anda, karena Allah tidak membukakan jalan tadi bagi anda selain-Nya yang Ia kehendaki untuk memperkenalkan-Nya (Dzat atau sifat-sifat-Nya) kepada anda. Tidakkah anda ketahui bahwa memperkenalkan itu adalah pemberian Allah atas anda. Sedangkan amal-amal (yang anda kerjakan) yang anda berikan itu adalah untuk Allah, dan di manakah fungsi pemberian anda kepada Allah apabila dibandingkan pada apa yang didatangkan Allah atas anda ??? Kalam hikmah di atas mengandung pengertian yang dalam sekali mengenai tujuan hidup kita selaku hamba Allah dalam perjalanan menuju kepada-Nya dengan mengerjakan amal-amal ibadah kita sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Adapun penjelasan Kalam Hikmah tersebut di atas sebagai berikut: 1. Hamba-hamba Allah yang mengerjakan amal ibadah sebanyak mungkin, tujuannya agar bisa "wushul" atau sampai kepada Allah dengan perasaan sepenuh hati. Kemudian, apabila kita tekun dan sabar mengerjakan amal-amal ibadah, lama-kelamaan, insya Alah pintu hati kita dibukakan oleh Allah swt, sehingga kita bisa mengenal (ma'rifat) kepada-Nya. Ma'rifat kepada Allah itu ialah hati kita bisa merasakan bahwa Allah itu selalu "ADA" di hadapan kita di mana pun kita berada. Allah swt senantiasa melihat segala tingkah laku dan keadaan kita. Perasaan kita pun bercampur dengan aqidah yang mendalam bahwa tidak ada yang berbuat dan berkuasa di alam semesta ini kecuali Allah swt. Di mana saja kita berada, Allah selalu bersama kita. Setiap tingkah-laku dan perbuatan kita selalu dilihat dan diawasi oleh Allah swt. Begitu pula, apa saja yang kita kerjakan, itu merupakan gerakan dan ciptaan Allah swt semata. 2. Apabila aqidah dan perasaan kita telah mendalam sedemikian rupa, maka waktu itu kadang-kadang amal kita mungkin berkurang dari amal-amal yang telah begitu banyak kita kerjakan. Tujuan dari amal ibadah kita supaya kita bisa sampai kepada Allah, sedangkan terbukanya jalan seperti yang telah dianugerahkan Allah kepada kita adalah bukti yang nyata, yaitu bahwa kita sudah mulai dekat kepada-Nya, dan kita akan menjadi sebagian hamba-hamba yang dikasihi dan diridhoi oleh-Nya. Kemungkinan juga sedikit amal ibadah yang kita kerjakan disebabkan penyakit yang ada pada tubuh kita, tetapi apabila ma'rifat kita kepada Allah sudah begitu mendalam, maka kita dapat mengetahui dengan penuh keyakinan bahwa sakit itu lebih baik daripada sehat. Karena, kita dalam keadaan sakit itu bisa meningkat hal keadaan kita untuk lebih dekat lagi kepada Allah swt daripada kita dalam keadaan sehat, tapi kita jauh daripada-Nya. Olehkarena itu, meskipun sedikit amal ibadah yang kita kerjakan tetapi hati kita terus mendekatkan diri kepada Allah, maka akan terbukalah ma'rifat kita kepada Dzat-Nya dan sifat-sifat-Nya, sehingga kita bisa melihat alam makhluk di dunia ini. 3. Ketahuilah bahwa Allah membuka jalan ma'rifat supaya kita dapat mengenal Dia (Allah swt), yang merupakan kehendak-Nya, sehingga dengan karunia-Nya semoga saja kita dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Terbuka segala sifat_nya dan dapat dipahami pengertian asma-Nya di dalam hati dan persaan tubuh jasmani kita. Terbuka jalan ini adalah lebih besar nilainya dbandingkan amal ibadah yang banyak, tetapi sunyi atau sedikit sekali ma'rifat kita kepada Allah swt. Bandingkan antara nikmat yang maha besar ini dengan amal ibadah yang kita kerjakan. Sekalian dengan amal ibadah yang kita amalkan, yang kita persembahkan kepada Allah. Dengan karunia-Nya, Allah memberikan pula kepada kita nikmat ma'rifat di mana kita mengenal Allah dalam arti yang luas dan mendalam. Hamba Allah yang shaleh mempunyai pendirian, bahwa pemberian si hamba kepada majikannya adalah dianggap kecil apabila dibandingkan dengan pemberian majikan kepada hamba-Nya, meskipun pemberian si hamba jauh lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan pemberian majikan kepada hamba-Nya. Sebab, pemberian si hamba pada hakekatnya tidak kembali kepada majikannya, tetapi kembali kepada si hamba juga. KESIMPULAN: ========= Kita selaku hamba Allah yang dha'if (lemah), meskipun amal ibadah kita sedikit. yang penting kita bisa ma'rifat kepada Allah dan kema'rifatan itu bisa bersemayam di dalam hati sanubari kita. Ini adalah lebih baik daripada amal ibadah yang banyak tetapi hati kita lalai kepada Allah swt, tidak sejalan antara ibadah yang kita kerjakan dengan hati kita sendiri. Olehkarena itu, Allah mencela dan memandang rendah orang-orang yang mengerjakan shalat tetapi hatinya tidak kepada Allah, sebagaimana firman-NYa dalam Al-Qur'an sebagai berikut: فَوَيلٌ لِلمُصَلّينَ ﴿٤﴾ الَّذينَ هُم عَن صَلاتِهِم ساهونَ ﴿٥﴾ الَّذينَ هُم يُراءونَ ﴿٦ Artinya: (4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, (6) orang-orang yang berbuat ria. (Al-Maa'un: 4-6) Apabila kita diberikan oleh Allah nikmat ma'rifat kepada-Nya, maka hendaklah selalu kita hadapkan hati kita kepada Allah dalam arti yang luas. Sebab, Dialah Yang Maha Berkehendak, Maha Berkuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan lain-lain sebagainya dari sifat-sifat Allah yang Maha Agung dan tidak terhingga jumlahnya. Dengan demikian, Allah akan menambah wushul atau sampai kita kepada-Nya dan mementingkan kita dalam segala hal yang kita hadapi. Olehkarena itu, hamba-hamba yang ma'rifat kepada-Nya, kadang-kadang kita lihat amal lahiriah mereka sedikit, tetapi nampaknya nilainya lebih besar di sisi Allah swt. Inilah yang menyebabkan hamba-hamba Allah yang shaleh apabila mereka mengingat Allah swt, dari mulut mereka tidak putus-putusnya mengucapkan kalimat: الهي أنت مقصودي و رضاك مطلوبي Artinya: "Wahai Tuhanku ! Engkaulah yang aku maksud dan hanya keridhaan Engkaulah yang aku cari". Sebagai penutup tulisan ini, mudah-mudahan Allah swt memberikan kepada kita nikmat ma'rifat kepada-Nya ! Amiiiin yaa rabbal 'aalamiiin

KITAB ILMU TAUHID: كفاية العوام

Di dalam kitab "Kifayatul 'Awam" karya Syeikh Ibrahim al-Baijuri halaman 67 cetakan "Dar el-Kutub al-Islamiyyah" diterangkan bahwa: Sesuatu yang "maujud" itu terbagi kepada 4 bagian, yaitu: 1. Sesuatu yang tidak membutuhkan kepada tempat dan sang pencipta, yaitu Dzat Allah swt. 2. Sesuatu yang membutuhkan kepada dzat dan sang pencipta, yaitu sifat-sifat yang ada pada makhluk. 3. Sesuatu yang membutuhkan kepada sang pencipta, tetapi tidak membutuhkan kepada dzat, yaitu jirim (bentuk suatu makhluk). 4. Sesuatu yang menetap pada suatu dzat dan tidak membutuhkan pada sang pencipta, yaitu sifat-sifat Allah.

HUKUM ZIARAH KUBUR SUNNAH & ORANGTUA NABI SAW MASUK SURGA

Di dalam kitab "At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul (التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول)" karya Syeikh Manshur Ali Nashif diterangkan (lihat foto yang ada tulisannya} yang artinya sebagai berikut: NABI SAW BERZIARAH KE MAKAM IBUNYA ============================= "Dari Abu Hurairah beliau berkata: Nabi saw berziarah ke makam ibunya dan beliau menangis. Begitupula orang-orang yang berada di sekitarnya pada menangis. Kemudian, beliau berkata: Aku meminta idzin kepada Tuhanku supaya aku bisa memintakan ampunan untuknya. Namun aku tidak diidzinkan oleh-Nya. Terus aku meminta idzin kepada-Nya supaya aku bisa menziarahinya. Kemudian, Dia mengidzinkan aku untuk menziarahi ibuku. Berziarahlah ke makam-makam !! Karena, berziarah itu dapat mengingatkan mati. Hadits riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i ". Maksud hadits tersebut di atas sebagai berikut: Ketika Nabi Muhammad saw menziarahi ibunya yang bernama Sayyidah Aminah binti Wahab, beliau menangis karena ibunya tidak beragama Islam dan tidak mendapat kesenangan di dalamnya, dan Allah tidak mengidzinkan Nabi saw memintakan ampunan untuk ibunya. Karena, permintaan ampunan itu syaratnya harus beragama Islam. Sedangkan ibunda Nabi saw wafat dalam keadaan menganut agama kaumnya sebelum beliau diangkat jadi Rasul. Hal ini bukan berarti ibunda Nabi saw tidak masuk surga, karena ibunda Nabi saw itu termasuk ahli fatrah (masa kekosongan atau vakum antara dua kenabian). Menurut ulama jumhur bahwa ahli fatrah itu adalah orang-orang yang selamat (orang-orang yang selamat dari api neraka dan mereka tetap dimasukkan ke dalam surga). Firman Alla swt dalam surat Al-Isra ayat 15: وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبۡعَثَ رَسُولاً۬ Artinya: Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. Bahkan berlaku dan absah menurut ahli mukasyafah bahwa Allah ta'ala menghidupkan kembali kedua orangtua Nabi saw setelah beliau diangkat jadi Rasul. Kemudian, mereka beriman kepada Nabi saw. Olehkarena itu, sudah pasti mereka termasuk ahli surga. Lihat dan simak pula di tulisan saya yang lalu !! http://www.facebook.com/media/set/fbx/?set=a.179300338781268.38617.100001039095629

MAYIT MENGAMBIL MANFA'AT BACAAN, DO'A, SEDEKAH & AMALAN LAINNYA

Di dalam kitab "Kasyful Ghummah 'an Jami'il Ummah" karya Syeikh Abil Mawahib Abdullah bin Ahmad bin Ali asy-Sya'rani al-Anshari asy-Syafi'i halaman 174 (lihat tulisan yang ada di foto !) diterangkan yang artinya sebagai berikut: "Telah berkata Ibnu Abbas ra : Rasulullah saw menganjurkan orang-orang yang masih hidup untuk menghadiahkan do'a, sedekah, dan amalan-amalan ibadah lainnya sebagai pendekatan diri kepada Allah swt kepada orang-orang yang telah meninggal dunia dari kalangan kerabat-kerabat dan saudara-saudara mereka. Beliau berkata (Rasulullah saw): Sesungguhnya, semua pengiriman hadiah tersebut sangat bermanfa'at bagi mereka yang sudah meninggal dunia. Perintahan ini sudah diterangkan terdahulu di dalam bab mengenai bacaan surat Yasin di hadapan orang yang sudah meninggal dunia, dan mengenai bacaan surat Al-Fatihah di sisi kepala dan kedua kakinya mayit, serta mengenai bacaan akhir surat Al-Baqarah pada waktu meletakkan mayit di kuburan. Beliau berkata (Rasulullah saw): Seutama-utamanya sedekah terhadap orang-orang yang sudah meninggal dunia adalah memberikan air minuman. Begitupula beliau berkata: Bermanfa'at sedekah dan puasa bagi setiap orang yang mengakui penetapan tauhid kepada Allah dan bagi orang yang telah wafat atas itu. Selanjutnya, beliau berkata: Apabila kalian melewati kuburan kafir. maka gembirakanlah ia dengan api neraka. WALLAHU A'LAM

Rabu, 21 September 2011

50 AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH

Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah terdiri dari 50 aqidah, di mana yang 50 aqidah ini dimasukkan ke dalam 2 kelompok besar, yaitu 1. Aqidah Ilahiyyah dan 2. Aqidah Nubuwwiyah. Adapun Aqidah Ilahiyyah terdiri dari 41 sifat, yaitu: =============================== a. 20 sifat yang wajib bagi Allah swt: wujud (وجود), qidam (قدم), baqa (بقاء), mukhalafah lil hawaditsi (مخالفة للحوادث), qiyamuhu bin nafsi (قيامه بالنفس), wahdaniyyat (وحدانية), qudrat (قدرة), iradat (ارادة), ilmu (علم), hayat (حياة), sama' (سمع), bashar (بصر), kalam (كلام), kaunuhu qadiran (كونه قديرا), kaunuhu muridan (كونه مريدا), kaunuhu 'aliman (كونه عليما), kaunuhu hayyan (كونه حيا), kaunuhu sami'an (كونه سميعا), kaunuhu bashiran (كونه بصيرا), dan kaunuhu mutakalliman (كونه متكلما). b. 20 sifat yang mustahil bagi Allah swt: 'adam (tidak ada), huduts (baru), fana' (rusak), mumatsalah lil hawaditsi (menyerupai makhluk), 'adamul qiyam bin nafsi (tidak berdiri sendiri), ta'addud (berbilang), 'ajzu (lemah atau tidak mampu), karohah (terpaksa), jahlun (bodoh), maut, shamam (tuli), 'ama (buta), bukmun (gagu), kaunuhu 'ajizan, kaunuhu karihan, kaunuhu jahilan (كونه جاهلا), kaunuhu mayyitan (كونه ميتا), kaunuhu ashamma (كونه أصم), kaunuhu a'ma (كونه أعمى), dan kaunuhu abkam (كونه أبكم). c. 1 sifat yang ja'iz bagi Allah swt. Sedangkan, Aqidah Nubuwwiyah terdiri dari 9 sifat, yaitu: a. 4 sifat yang wajib bagi para Nabi dan Rasul: siddiq (benar), tabligh (menyampaikan), Amanah, dan fathanah (cerdas). b. 4 sifat yang mustahil bagi para Nabi dan Rasul: kidzib (bohong), kitman (menyembunyikan), khianat, dan baladah (bodoh). c. 1 sifat yang ja'iz bagi para Nabi dan Rasul. 1. Dalil sifat Wujud (Maha Ada): QS Thaha ayat 14, QS Ar-Rum ayat 8, dsb. 2. Dalil sifat Qidam (Maha Dahulu): QS Al-Hadid ayat 3. 3. Dalil sifat Baqa (Maha Kekal): QS Ar-Rahman ayat 27, QS Al-Qashash ayat 88. 4. Dalil sifat Mukhalafah lil Hawaditsi (Maha Berbeda dengan Makhluk): QS Asy-Syura ayat 11, QS Al-Ikhlas ayat 4. 5. Dalil sifat Qiyamuhu bin Nafsi (Maha Berdiri Sendiri): QS Thaha ayat 111, QS Fathir ayat 15. 6. Dalil sifat Wahdaniyyat (Maha Tunggal / Esa): QS Az-Zumar ayat 4, QS Al-Baqarah ayat 163, QS Al-Anbiya' ayat 22, QS Al-Mukminun ayat 91, dan QS Al-Isra' ayat 42-43. 7. Dalil sifat Qudrat (Maha Kuasa): QS An-Nur ayat 45, QS Fathir ayat 44. 8. Dalil sifat Iradat (Maha Berkehendak): QS An-Nahl ayat 40, QS Al-Qashash ayat 68, QS Ali Imran ayat 26, QS Asy-Syura ayat 49-50. 9. Dalil sifat Ilmu (Maha Mengetahui): QS Al-Mujadalah ayat 7, QS At-Thalaq ayat 12, QS Al-An'am ayat 59, dan QS Qaf ayat 16. 10. Dalil sifat Hayat (Maha Hidup): QS Al-Furqan ayat 58, QS Ghafir ayat 65, dan QS Thaha 111. 11 & 12. Dalil sifat Sama' (Maha Mendengar) dan Bashar (Maha Melihat): QS Al-Mujadalah ayat 1, QS Thaha ayat 43-46. 13. Dalil sifat Kalam (Maha Berfirman): QS An-Nisa ayat 164, QS Al-A'raf ayat 143, dan QS Asy-Syura ayat 51. CATATAN PENTING: ============ Pokok-pokok Ilmu Tauhid (مبادئ علم التوحيد): =========================== 1. Definisi Ilmu Tauhid (حده): Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat Allah dan para rasul-Nya, baik sifat-sifat yang wajib, mustahil maupun ja'iz, yang jumlah semuanya ada 50 sifat. Sifat yang wajib bagi Allah ada 20 sifat dan sifat yang mustahil ada 20 sifat serta sifat yang ja'iz ada 1 sifat. Begitupula sifat yang wajib bagi para rasul ada 4 sifat (sidiq. tabligh, amanah, dan fathanah) dan sifat yang mustahil ada 4 sifat (kidzb / bohong, kitman / menyembunyikan, khianat, dan bodoh) serta sifat yang ja'iz ada 1 sifat. 50 sifat ini dinamakan "Aqidatul Khomsin / عقيدة الخمسين ". Artinya: Lima puluh Aqidah. 2. Objek atau Sasaran Ilmu Tauhid (موضوعه): Dzat Allah dan sifat-sifat Allah. 3. Pelopor atau Pencipta Ilmu Tauhid (واضعاه): Imam Abul Hasan Al-Asy'ari (260 H - 330 H / 873 M - 947 M ) dan Imam Abul Manshur Al-Mathuridi ( 238 - 333 H / 852 - 944 M ). 4. Hukum Mempelajari Ilmu Tauhid (حكمه): Wajib 'ain dengan dalil ijmali (global) dan wajib kifayah dengan dalil tafshili. 5. Nama Ilmu Tauhid (اسمه): Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Ilmu 'Aqa'id. 6. Hubungan Ilmu Tauhid dengan Ilmu-ilmu lain (نسبته): Asal untuk ilmu-ilmu agama dan cabang untuk ilmu selainnya. 7. Masalah-masalah Ilmu Tauhid (مسائله): Sifat-sifat wajib, mustahil, dan ja'iz bagi Allah swt dan para Rasul-Nya. 8. Pengambilan Ilmu Tauhid (استمداده): Diambil dari Al-Qur'an, Al-Hadits, dan akal yang sehat. 9. Faedah Ilmu Tauhid (فائدته): Supaya sah melakukan amal-amal sholeh di dunia. 10. Puncak Mempelajari Ilmu Tauhid (غايته): Memperoleh kebahagian, baik di dunia maupun akherat dan mendapat ridha dari Allah swt serta mendapat tempat di surga.

PUASA SEPANJANG TAHUN (صوم الدهر)

Di dalam kitab "Al-Ghunyah" karya Syeikh Abdul Qadir Jailani Al-Hasani halaman 75 cetakan Al-Maktabah As-Sya'biyyah diterangkan sebagai berikut: أخبرنا أبو نصر عن والده, قال حدثنا أبو الحسن على بن أحمد المقرى, قال حدثنا الحسن بن سهيل , قال حدثنا يحيى , قال حدثنا ابراهيم بن أبى نجا عن صفوان بن سليم , عن علقمة بن أبى علقمة , عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : أفضل الصيام صيام داود , و من صام الدهر كله فقد وهب نفسه لله تعالى . و عن أبى موسى الأشعرى رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : من صام الدهر ضيقت عليه جهنم هكذا , و عقد تسعين . و عن شعيب عن سعد بن ابراهيم قال : كانت عائشة رضي الله عنها تصوم الدهر . و عن يعقوب قال حدثنا أبى , قال : سرد سعد رضي الله عنه الصوم قبل أن يموت أربعين سنة . و عن أبى ادريس عائذ الله قال : صام أبو مسى الأشعرى رضي الله عنه حتى صار كأنه خلال , قال : فقلت يا أبا موسى لو أجمت نفسك؟ فقال: اجمامها اريد السائق من الخيل المضمرة . و عن أبى اسحاق ابن ابراهيم قال : حدثنى عمار ال الراهب قال : رأيت سكينة الظفارية فى منامى , و كانت تخضر معنا مجلس عيسى بن زاذان بالأبلة , تنحدر من البصرة حتى تأتيه قاصدة , قال عمار : فقلت لها يا سكينة ما فعل عيسى؟ فضحكت ثم قالت : قد كسى حلة البهاء و طافت بأباريق حوله الخدم , ثم حلى . و قيل : يا قارئ أرق فلعمرى لقد براك الصيام , و كان عيسى قد صام حتى انحنى و انقطع صوته . و عن أنس رضي الله عنه قال : كان أبو طلحة رضي الله عنه لا يصوم على عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم من أجل الغزو , فلما مات رسول الله صلى الله عليه و سلم لم أره مفطرا الا يوم الفطر و يوم النحر . و عن أبى بكر بن عبد الرحمن بن الحرث بن هشام قال : حدثنى من رأى رسول الله صلى الله عليه و سلم فى يوم صائف يصب على رأسه الماء من شدة الحر و العطش و هو صائم . و عن سفيان عن أبى اسحاق عن الحرث عن على رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يصوم يوما و يفطر يوما . و ما نقل فى حديث جابر رضي الله عنه قال : ان النبى صلى الله عليه و سلم لما سئله عمر رضي الله عنه : يا نبي الله أخبرنى عن رجل يصوم الدهر كله؟ قال صلى الله عليه و سلم : لا صام ذلك و لا أفطر . فمحمول على رجل صام الدهر و لم يفطر يزمى العيدين و أيام التشريق , و كذا قال الامام أحمد بن حنبل رحمه الله , و أما اذا أفطر هذه الأيام و صام بقية السنة فلا نهي فى حقه , بل له ما ذكرنا من الفضائل Artinya: "Telah mengkabarkan kepada kami Abu Nasr dari ayahnya, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali bin Ahmad Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Ahmad Al-Qarmini, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Suhail, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abi Naja dari Sofwan bin Sulaim, dari 'Alqamah bin Abi 'Alqamah, dari Umar bin Khattob radiallahu 'anhu telah berkata: Telah berkata Rasulullah saw: Seutama-utamanya puasa ialah puasa Daud, dan barangsiapa puasa sepanjang tahun, maka sesungguhnya ia telah menghibahkan dirinya untuk Allah ta'ala. Dan dari Abu Musa Al-Asy'ari radiallahu 'anhu dari Nabi saw telah berkata: Barangsiapa berpuasa sepanjang tahun, maka disempitkan atasnya neraka jahannam seperti lamanya tahunan puasa, dan selama sembilan puluh tahun.
Dari Syu'aib dari Sa'ad bin Ibrahim telah berkata: Adalah A'isyah radiallahu 'anha berpuasa sepanjang tahun. Dan dari Ya'kub telah berkata, telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa'ad radiallahu 'anhu telah berturut-turut melakukan puasa (puasa sepanjang tahun terkecuali dua hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan 3 hari tasyriq) sebelum dia meninggal selama empat puluh tahun. Dari Idris 'A'idzullah telah berkata: Telah berpuasa sepanjang tahun Abu Musa Al-Asy'ari radiallahu 'anhu sehingga badannya jadi seperti sebuah cungkil gigi (kurus). Dia (Idris) berkata: Maka aku berkata ya Abu Musa ! Apakah puasa sepanjang tahun yang kau lakukan itu menjadi lemah hawa nafsumu?. Jawab Abu Musa: Ya, menjadi lemah. Aku inginkan sesungguhnya aku melihat seorang pengembala sedang mengembala seekor keledai yang sangat kurus. Abi Ishaq Ibnu Ibrahim telah berkata: Telah menceritakan kepada saya Ammar Ar-Rahib, dia berkata: Aku melihat Sakinah adz-Dzafariyyah dalam mimpiku. Dia hadir bersamaku di majelis Isa bin Zadzan di Ablah. Dia menempuh perjalanan dari Bashrah. Ammar berkata: Aku bertanya kepada Sakinah, hai Sakinah ! Apa yang dilakukan oleh Isa?. Dia menjawab sambil tertawa: Dia telah memakai perhiasan bagus dan dikelilingi oleh para pelayan yang membawa kendi-kendi. Kemudian mereka menghiasinya. Ada sebuah keterangan dari ulama: Hai pembaca Al-Qur'an ! Lembutkanlah suaramu ! Maka demi umurku, sesungguhnya puasa itu dapat melemahkan hawa nafsumu. Sesungguhnya Isa melakukan puasa sepanjang tahun hingga suaranya samar (hampir tak terdengar) dan terputus-putus. Dari Anas radiallahu 'anhu telah berkata: Abu Thalhah tidak melakukan puasa sepanjang tahun di zaman Rasulullah dikarenakan suka ikut berperang. Namun ketika Rasulullah saw wafat, aku tidak pernah melihatnya berbuka puasa terkecuali pada hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari Tasyriq. Dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam telah berkata: Telah menceritakan kepadaku orang yang melihat Rasulullah saw pada musim kemarau bahwa beliau membasuh kepalanya dengan air, karena udara sangat panas dan haus, sedangkan beliau sedang puasa. Dari Sufyan dari Abu Ishaq dari Harits dari Ali radiallahu 'anhu telah berkata: Rasulullah saw puasa sehari dan buka puasa sehari. Ada sebuah hadits yang diambil dari hadits Jabir radiallahu 'anhu, dia berkata: Sesungguhnya Nabi bersabda ketika Umar radiallahu 'anhu bertanya kepada beliau: Wahai Nabi Allah ! Beritahukan kepadaku tentang tentang seorang laki-laki yang berpuasa sepanjang tahun?. Jawab Rasulullah saw: Dia tidak berpuasa seperti itu dan juga tidak berbuka. Hadits Nabi tersebut ditujukan kepada orang yang berpuasa sepanjang tahun dan tidak berbuka puasa pada hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzul-Hijjah). Demikian pula telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah: Adapun apabila seseorang berbuka puasa pada hari-hari ini (hari raya Idhul Fitri, Idhul Adha, dan 3 hari Tasyriq) dan dia berpuasa pada hari-hari sisanya, maka tidak ada larangan di dalam haknya. Bahkan dia mendapatkan berbagai macam keutamaan sebagaimana yang kami sebutkan.

Amal Ibadah yang Paling Dicintai Allah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra : Rasulullah Saw pernah bersabda, “perbuatan yang engkau lakukan tidak akan menyelamatkan engkau dari api neraka”, mereka berkata, “bahkan engkau sendiri ya Rasulullah?” Nabi Muhammad Saw bersabda, “bahkan aku sendiri, kecuali Allah melindungiku dengan kasih dan rahmatNya. Oleh karena itu lakukanlah perbuatan baik sepatut mungkin, setulus mungkin, sedapat mungkin dan beribadahlah kepada Allah pada pagi dan sore hari, pada sebagian dari malam hari dan bersikaplah al-qashd (mengambil pertengahan dan melaksanakannnya secara tetap) karena dengan cara itulah kamu akan mencapai (surga)”. Diriwayatkan dari Aisyah ra : seseorang bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, “apakah amal (ibadah) yang paling dicintai Allah?” Nabi Muhammad Saw bersabda,” amal (ibadah) yang dilakukan secara tetap meskipun sedikit”

SIFAT WAHDANIYYAH (وحدانية) ALLAH SWT

Di antara sifat yang wajib bagi Allah swt adalah sifat "Wahdaniyyah". Artinya: Maha Tunggal / Esa. Adapun sifat Wahdaniyyah nya Allah swt terbagi kepada tiga bagian, yaitu: 1. Wahdaniyyah fidz Dzat (وحدانية فى الذات). Artinya: Tunggal di dalam Dzat-Nya. 2. Wahdaniyyah fish Shifat (وحدانية فى الصفات). Artinya: Tunggal di dalam sifat-sifat-Nya. 3. Wahdaniyyah fil Af'al (وحدانية فى الأفعال). Artinya: Tunggal di dalam pekerjaan-pekerjaan-Nya. 1. Yang dimaksud Wahdaniyyah fidz Dzat (وحدانية فى الذات) adalah: عدم التركيب فى الذات و عدم التعدد فيها Artinya: Tidak tersusun-susun di dalam Dzat Allah dan tidak berbilang di dalam Dzat-Nya. Jadi, di sini meniadakan adanya "Kam al-Muttashil fidz Dzat (كم المتصل فى الذات), yaitu sifat suatu benda yang tetap dan bertemu di bagian-bagiannya. Dan meniadakan adanya "Kam al-Munfashil fidz-Dzat (كم المنفصل فى الذات)", yaitu sifat suatu benda yang tetap dan berpisah di bagian-bagiannya. 2. Yang dimaksud Wahdaniyyah fish Shifat (وحدانية فى الصفات) adalah: عدم تعدد الصفات للذات الأقدس من جنس واحد Artinya: Tidak berbilang sifat-sifat Dzat Allah Yang Maha Suci dari satu jenis. Seperti: sifat qudratnya Allah itu hanya satu, tidak 2, 3, 4, atau lebih. Begitupula dengan sifat Ilmu-Nya Allah swt dan sifat-sifat-Nya yang lain. Jadi, di sini meniadakan adanya "Kam al-Muttashli fish Shifat (كم المتصل فى الصفات) dan "Kam al-Munfashil fish Shifat (كم المنفصل فى الصفات)". 3. Yang dimaksud Wahdaniyyah fil Af'al (وحدانية فى الأفعال) adalah: عدم ثبوت فعل لغيره تعالى و عدم مشاركة غيره له تعالى فى فعل Artinya: Tidak tetapnya pekerjaan kepada selain Allah ta'ala dan tidak menyertai pekerjaannya kepada Allah ta'ala. Jadi, di sini meniadakan adanya Kam al-Muttashil fil Af'al (كم المتصل فى الأفعال) dan Kam al-Munfashil fil Af'al (كم المنفصل فى الأفعال). Dengan demikian, sifat Wahdaniyyah Allah swt menafikan / menegasikan / meniadakan keenam Kam tersebut di atas, yaitu: 1. Kam al-Muttashil fidz Dzat (كم المتصل فى الذات). 2. Kam al-Muttasil fish Shifat (كم المتصل فى الصفات). 3. Kam al-Muttashil fil Af'al (كم المتصل فى الأفعال). 4. Kam al-Munfashil fidz-Dzat (كم المنفصل فى الذات). 5. Kam al-Munfashil fish Shifat (كم المنفصل فى الصفات). 6. Kam al-Munfashil fil Af'al (كم المنفصل فى الأفعال).