Rabu, 30 November 2011

Menuju Pemikiran Global

Pada dekade awal 80-an, tokoh Nahdlatul Ulama sekaligus mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menulis kekayaan khazanah kitab kuning. Dia membahas seluk-beluk isi kitab itu lengkap dengan gurauannya, yakni bagaimana kitab dicetak dan dihayati isinya oleh para santri dalam kehidupan keseharian.

Namun, yang paling mencengangkan, Gus Dur menulis pengaruh kitab kuning pada gerakan perlawanan terhadap penjajah. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain, seperti negara di Afrika Utara yang dijajah Prancis. Berbagai karya ulama Indonesia yang mendunia juga disertakannya.

Gus Dur menilai, dengan melihat berbagai karya itu, dapat disimpulkan bahwa para kiai dan santri yang tersebar di berbagai pondok pesantren itu ternyata tak hanya menggantungkan diri pada teks-teks pemikiran Islam yang dianggap 'berasal dari negeri Arab' (padahal pemikiran Islam ini sebenarnya datang dari berbagai penjuru dunia, seperti Afrika Barat, Asia Tengah, dan India).

Tradisi pemikiran pesantren itu kemudian mencapai puncaknya dengan munculnya berbagai 'ulama tangguh' yang diakui secara internasional oleh dunia Islam di masanya. Sebut saja misalnya, Kiai Nawawi dari Banten, Kiai Mahfudz Termas (Pacitan), Kiai Muhtaram (Banyumas), Kiai Ahmad Khatib (Padang), serta Kiai Abdussamad asal Palembang.

Kiprah dan integritas para kiai ini sungguh luar biasa. Mereka itu menguasai dunia keilmuan agama Islam di Makkah selama puluhan tahun, tepatnya di sekitar peralihan abad ke-19 hingga ke abad ke-20. Tingginya pengakuan integritas intelektual para 'kiai besar' itu masih terasa hingga kini.

Syekh Yassin asal Padang, misalnya, mendapat kehormatan untuk menaturalisasi (tajannus) status kewarganegaraannya sebagai warga negara Arab Saudi. Sampai sekarang, karya tulis Syekh Yassin ini tersebar dan dijajaki di seluruh dunia Islam.

Senasib dengan berbagai karya Syekh Yassin, karya Syekh Nawawi asal Banten juga mendunia. Kitab yang ditulisnya membahas persoalan tauhid (teologi), Nur Al-Dhalam, yang digunakan sebagai teks dasar pesantren hingga saat ini. Bahkan, sebagai bukti pengakuan akan ketinggian ilmunya, Kiai Nawawi diberi gelar prestisius sebagai 'pemuka ulama Makkah dan Madinah' (sayid al-'Ulama Al-Hijaz). Karya tulisnya yang juga terkenal adalah kumpulan pilihan hadis empat puluh (Hadits Al-Arba'in). Karya ini dipergunakan sebagai teks dasar bagi siapa pun yang ingin belajar ilmu hadis.

Pemikir Islam Indonesia yang tak kalah penting lainnya adalah Kiai Ihsan dari Pesantren Jampes (Kediri). Dia menulis kitab Siraj Al-Thalibin yang merupakan komentar atas karya klasik Al-Ghazali yang ditulis pada periode awal tahun 1000 M, Minhaj Al-'Abidin. Mutu karya yang terdiri atas dua jilid ini bernilai tinggi sehingga dijadikan buku wajib untuk kajian post-graduate di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Buku ini menjadi buku penting dengan materi berisi pembahasan mengenai tasawuf dan akhlak.

Namun, di antara figur tersebut, ada sebuah nama pemikir penting Islam Indonesia yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, yakni KH Bisri Mustofa dari Rembang (Bisyri Musththafa Al-Rambani). Kiai ini menulis lebih dari dua puluh karya, termasuk sebuah tafsir Alquran yang berjumlah tiga jilid. Sosok pemikir berikutnya adalah Kiai Misbah bin Zain Al-Musfata dari Bangil, Ahmad Subki Masyhadi dari Pekalongan, dan Asrofi dari Wonosari yang menerjemahkan beberapa teks Islam klasik dan menulis berjilid-jilid tafsir Alquran berbahasa Jawa.

Sedangkan, penulis kondang beretnis Sunda yang terkenal sebagai penulis adalah Kiai Ahmad Sanusi dari Sukabumi yang juga menjadi pendiri organisasi Al-Ittihadiyyatul Islamiyah. Dia menulis tafsir Alquran. Sedangkan, salah satu pemikir Islam yang berasal dari Sumatra adalah Akhmad Khatib. Pemikiran dia bahkan sempat menjadi polemik yang menarik pada awal abad ke-20 sehingga Indonesia mulai menyemai semangat kemerdekaan secara lebih sistematis. Selain itu, pemikir Islam Minangkabau lainnya adalah Mahmud Yunus dan Abdul Hakim. Keduanya telah menulis sejumlah buku teks dalam bahasa Melayu dan Arab. Beberapa karyanya dijadikan bahan pelajaran di madrasah dan pesantren dan dipelajari secara luas oleh masyarakat.




Sumber : http://koran.republika.co.id/berita/58651/Menuju_Pemikiran_Global

Tidak ada komentar:

Posting Komentar