Senin, 03 Januari 2011

Ketika ku ingin menggenapkan Dien ini…!

Sesuai dgn tema Blog aku **BERBAGI CERITA, cerita ini diangkat dari kisah hidup salah seorang sahabat, moga bermanfaat ^_^ :

Suatu Pagi ketika kita terbangun, ada perasaan “Oh My God, Ya Alah, saya telah menikah”. Begitulah, ketika fase kehidupan kita akan dilewati. Seperti perahu, layar akan kita kembangkan lebih lebar , karena muatan perahu bertambah

Sudah Ada Niat? Tentukkan target…

Mencari pasangan hidup, memang bisa dibilang susah-susah gampang. Susah ketika kita tak mencobanya dan gampang ketika kita berusaha untuk menemukannya. Yang pasti jangan disusahkan dan jangan digampangkan. “Like water, Flow aja” istilahnya. Mencari pasangan hidup, bisa saja ditemukan dimana pun dan kapan pun, yang lebih pasti lagi, harus di tempat yang baik dan dengan cara yang baik pula. Ketika seseorang sudah ada niat untuk menikah, maka tekadkan niat dan carilah target itu. Target biasanya akan mempermudah dalam proses selanjutnya. Mencari target, memang tidak dibatasi dengan apa pun, selama kita mau, so why not? Tapi yang pasti juga, kita harus bisa mengukur diri, artinya jangan menetapkan target terlalu tinggi dan jangan juga seperti mengobral harga diri. Istilahnya sedang-sedang saja yang bisa mengukur diri. Setelah target ada, maka selanjutnya bisa memilih jalur proses perkenalan atau taaruf. Proses ini akan lebih mudah, ketika kita mengikuti organisasi-organisasi yang bisa memfasilitasi itu dan juga mengikuti liqo atau halaqah-halaqah. Sebisa mungkin, jangan berusaha mengenali target secara langsung, melalui telepon atau orang-orang yang tidak bisa amanah. Bila kita telah menemukan orang ketiga, murobi atau ustad yang memang bisa memfasilitasi dan amanah, maka langkah pertama adalah membuat CV pribadi. Isi dari CV biasanya menyangkut pribadi dalam hal visi dan misi menikah, keluarga, pekerjaan dan hal lainnya. Tidak seperti CV kerja, CV perkenalan ini biasanya lebih detail mengungkapkan kita sesungguhnya. Sebisa mungkin jangan hasil rekayasa dan dilebihkan dalam apapun, karena itu sudah mengurangi kredit point. Selain itu, kita juga harus fear dan berani menuliskan kekurangan dan kelamahan kita, dan tentunya bukan aib. Seorang teman pernah berkata, aib tidak boleh diungkapkan, karena Allah SWT telah menutupinya untuk kebaikan kita. Yang jelas adalah kita tidak akan mengulangi hal-hal yang bisa menguak aib itu.

Setelah itu, maka CV ditukarkan. Dan yang pasti, bukan kita yang menukarkan langsung, akan tetapi pihak ketiga yang bisa dipercaya. Dalam proses pertukaran CV ini, ada baiknya semua diawali dengan doa dan sholat istikaharah kalau memang perlu. Setelah CV saling tukar, langkah selanjutnya adalah menunggu jawaban dari masing-masing, baik dari kita maupun dari orang yang kita tuju. Seorang akhwat biasanya mempunyai pertimbangan yang detail tentang penentuan proses selanjutnya. Dan suatu kejutan,, dalam proses ini, jika ternyata orang yang bertukeran CV adalah orang yang kita kenal, dan itu bukan suatu masalah, gampangnya berarti kita telah kenal dulu. Ada pertanyaan, “wong sudah kenal, ngapain pake orang ketiga lagi?”. Disinilah seninya bertaaruf, dengan menggunakan orang ketiga, referensi akan lebih objektif dan ada penyeimbang pendapat tentang seseorang, ibaratnya jangan sampai cinta buta terkadang tatkala lagi fall in love, semua pendapat kita abaikan, padahal pendapat itu benar.

Proses selanjutnya adalah, meneruskan pertukaran CV itu. Jika ikhwan ataupun akhwat yang kita maksud, ingin melanjutkan proses selanjutnya, maka pertemuan antara keduanya akan dilakukan. Dan tentu saja, pertemuan ini ditemani orang yang bisa dipercaya dari kedua belah pihak. Dalam pertemuan ini, kedua belah pihak saling bertukar pertanyaan atau hal-hal lain yang kurang jelas dalam CV sebelumnya. Tempat pertemuan bisa dilakukan di rumah, mesjid, restoran ataupun café sekalipun. Yang pasti cari tempat yang kondusif untuk bisa mengobrol. Dalam prosesnya, kedua belah pihak bisa menanyakan hal-hal yang sedetil mungkin. Tips yang efektif adalah membuat list pertanyaan, supaya pertanyaan tidak ngalor ngidul gitu lho!

Proses berikutnya adalah menunggu kembali. Modal utama tentu saja sabar. Berdoa adalah cara efisien menghilangkan idle time. Bersikaplah seperti biasa. Dan sebisa mungkin, jangan mencoba menghubungi orang yang kita maksud, seperti telepon, sms, bbm an, chatiing atau kirim-kirim surat (jadul banget yach…^_^). Ini dilakukan supaya ada hati benar-benar terjaga dan meminimalkan godaan syetan yg terukutuk! Karena dalam proses menunggu ini, seseorang harus benar-benar bersih dalam pengambilan keputusan, apalagi dalam proses pemilihan teman hidup. Mempersoleh diri adalah sesuatu yang sangat dianjurkan.

Jika tidak ada aral melintang, maka proses pun berlanjut ke tahap selanjutnya. Yang paling cepat adalah perkenalan keluarga, tapi biasanya, keluarga (terutama orang tua) ingin berkenalan dengan kita. Maka pilihlah waktu sesuai dengan kesepakatan untuk bertemu orang tuanya. Disini, kita hanya mengobrol biasa dan lebih baik, seorang ikhwan bisa mengutarakan maksud sesungguhnya. Dan apabila proses tidak berlanjut, maka bersabarlah, mungkin Allah belum memberikan yang terbaik buat kita. Karena sesungguhnya, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan……(to be continued)




(sekelumit cerita tentang aku dan istri tercinta, Irma Nursubchiana Indah Iskandar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar