Sabtu, 18 September 2010

KH Abdullah Syafii

Orang Jakarte, siapa yang tak kenal nama KH Abdullah Syafii (alm) dan Perguruan Assyafi’iyah.
Sedangkan bagi penduduk Jakarta, setidaknya mengenal nama ulama kharismatis ini sebagai
nama jalan terusan Casablanca-Tebet Jakarta Selatan.




Syahdan, dengan kapal layar, pada pertengahan abad ke-19 (1834), Syaikh Junaid, seorang ulama Betawi,
menuju Mekah. Di sana ia bermukim dengan menggunakan nama al-Betawi.
Kefasihannya amat termashur karena beliau dipercaya menjadi imam Masjidil Haram.

Syaikh Junaid al Betawi, yang diakui sebagai syaikhul masyaikh para ulama mashab Syafi’ie,
juga mengajar agama di serambi Masjidil Haram. Muridnya banyak sekali.
Bukan hanya para mukiman dari Indonesia, juga mancanegara.
Nama Betawi menjadi termashur di tanah suci berkat Syaikh kelahiran Pekojan, Jakarta Barat, ini.

Syaikh Junaid mempunyai dua putera dan puteri. Salah satu puterinya menikah dengan Abdullah al Misri,
seorang ulama dari Mesir, yang makamnya terdapat di Jatipetamburan, Jakarta Pusat.
Seorang puteri lainnya menikah dengan Imam Mujitaba. Sedangkan kedua puteranya,
Syaikh Junaid As’ad dan Arsyad, menjadi pelanjut ayahnya mengajar di Masjidil Haram.
Syeh Junaid wafat di Mekah pada 1840 dalam usia 100 tahun.

Di antara murid Syeh Junaid yang sampai kini kitab-kitabnya masih tersebar di dunia Islam adalah
Syaikh Nawawi al Bantani, keturunan pendiri kerajaan Islam Banten, Maulana Hasanuddin
(putera Syarif Hidayatullah). Karenanya, setiap haul Syaikh Nawawi, selalu dibacakan fatihah untuk arwah Syaikh Junaid.

Imam Mujitaba, yang menetap di Mekah, menikah dengan putri Syaikh Junaid. Pasangan ini menurunkan Guru
Marzuki, tokoh ulama Betawi dari Cipinang Muara, Jakarta Timur. Karena alimnya, guru Mujitaba diberi
gelar waliyullah oleh masyarakat Islam di tanah suci. Menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi,
Guru Mujitaba satu angkatan dengan mukimin Indonesia lainnya seperti Syaikh Nawawi al Bantani
dan Syaikh Ahmad Khatib al Minangkabawi.

Sedangkan putera almarhum guru Marzuki, yang hingga kini memiliki perguruan di Rawabunga,
Jakarta Timur, mendapat gelar birulwalidain karena begitu berhidmatnya kepada kedua orang tuanya.

Guru Marzuki memiliki sejumlah murid yang kemudian menjadi ulama terkemuka di Indonesia.
Salah satunya adalah KH Abdullah Syafi’ie, yang mendirikan dan mengembangkan Perguruan Assyafiiyah
dengan sekolah mulai dari TK sampai perguruan tinggi.

KH Abdullah Sjafi’ie (wafat 3/9-1985) bersama putera-puterinuya menangani 63 lembaga pendidikan Islam.
Sedangkan masjid Al-Barkah di Kampung Bali Matraman, Jakarta Selatan, yang dibangun pada 1933 saat kyai
berusia 23 tahun, merupakan masjid yang megah hingga sekarang.

Semuanya berawal dari mushola bekas kandang sapi, yang dijadikan cikal bakal Perguruan Asyafiiyah.
Kini pengajian Ahad pagi di Masjid Ak-Barkah selalu yang diikuti ribuan jamaah.
KH Abdullah Syafi’ie perguruannya menghasilkan ribuan orang diantara mereka kini menjadi tokoh agama
dan pimpinan majelis taklim di berbagai tempat di Indonesia.

KH Abdullah Syafi’ie adalah figur yang mampu mengkombinasikan dua arus besar pemikiran yang berkembang
di lingkungan masyarakat Islam. Dalam diri beliau tercermin betul warna NU dan Muhammadiyah-an.
Toh beliau mampu menjadikan diri sebagai model kombinasi yang menarik itu.
Di bidang politik, beliau pada Pemilu 1955 berkampanye untuk partai Masyumi

Sekilas tentang KH. Abdullah Syafi'i

KH Abdullah Syafi’ie, yang populer sebagai ”Macan Betawi”, lahir di Kampung Bali Matraman, Jakarta Selatan
pada 16 Sya’ban 1329 H./10 Agustus 1910 hari Sabtu. Nama ayahnya
H. Syafi’ie Bin Sairan
dan ibundanya Nona Binti Asy’ari. Mempunyai dua orang adik perempuan yang bernama H. Siti Rogayah dan H. Siti Aminah.
Kedua orangtuanya cinta kepada orang-orang alim dan soleh sehingga dari sejak kecil sudah diarahkan untuk belajar ilmu agama.
Sambil belajar, menuntut ilmu terus mengajar. Pada umur 17 tahun sudah memperoleh surat pemberian tahoe: boleh mengajar di langgar partikulir.
Ketika berumur 23 tahun mulai membangun Masjid Al Barakah di Kampung Bali Matraman.
Di situlah Almarhum lebih menekuni pembinaan masyarakat-ummat mengajak mereka ke jalan Allah.
Sekitar tahun 30-an, da’wahnya lebih meluas lagi mencapai daerah sekitar Jakarta dan almarhum menuntut ilmu ke Bogor (Habib Alawy Bin Tohir Alhaddad).
Sekitar tahun 40-an, membangun tempat pendidikan yaitu madrasah tingkat Ibtidaiyah,
dan secara sederhana mulai menampung pelajar-pelajar yang mukim (tinggal) terutama dari keluarga.
Pada tahun 1957 membangun AULA AS-SYAFI’IYAH yang diperuntukkan bagi madrasah tingkat Tsanawiyah Lilmuballighin wal Muallimin.
Tahun 1965 mendirikan Akademi Pendidikan Islam As-Syafi’iyah (AKPI As-Syafi’iyah).
Tahun 1967 mendirikan Stasiun Radio As-Syafi’iyah, tahun 1969 AKPI ditingkatkan menjadi UIA.
Tahun 1968 merintis tempat pendidikan disuatu desa pinggiran Jakarta, yaitu Jatiwaringin Kecamatan Pondokgede Bekasi sebagai pengembangan dari pendidikan yang telah ada.
Pada tahun 1974-1975 membangun pesantren putra dan pesantren putri di Jatiwaringin.
Pada tahun 1978 membangun pesantren khusus untuk Yataama dan Masaakin.
Pengembangan sarana untuk pendidikan dan pesantren terus dikembangkan ke sekitar Jakarta
seperti Cilangkap-Pasar Rebo, di Payangan-Bekasi, Kp. Jakasampurna-Bekasi dll.
Tahun 1980 mulai menyiapkan lokasi untuk kampus Universitas Islam As-Syafi’iyah di Jatiwaringin.
Almarhum pernah menjabat sebagai Ketua I Majlis Ulama Indonesia pada periode pertama
dan juga sebagai Ketua Umum Majlis Ulama DKI periode pertama dan kedua.
Almarhum banyak memikirkan tentang pendidikan untuk menghadirkan ulama untuk masa yang akan datang
dengan mendirikan Pesantren Tinggi yaitu Ma’had Aly DAARUL ARQOM As-Syafi’iyah di Jatiwaringin.

Almarhum berhati lembut : merasa pedih hatinya dengan penderitaan ummat terutama jika ummat mendapat musibah dalam urusan agama.
Almarhum segera berusaha memberikan petunjuk dan pengarahan serta mencarikan jalan-jalan keluarnya.
Selalu mengajak ummat kepada Tauhidullah dan AQIDAH ala thoriqoh Alissunnah wal jama’ah. Dimana-mana
beliau berdakwah dan berceramah selalu mengajak jama’ah untuk beristighfar dan mengumandangkan
kalimatuttauhid: La ilaaha illallaah Muhammadurrasulullah.
Jiwa dan semangatnya membangun ummat untuk menghidupkan syi’arnya agama Islam. Mendirikan masjid-masjid,
 musholla dan madrasah serta pesantren-pesantren. Menggalakkan ummat untuk berani dan suka beramal jariah,
infak dan shodaqoh serta berwakaf.

Mengajak Ulama dan Asatidzah untuk bersatu. Memberikan kesempatan kepada Asatidzah dan
Ulama-ulama muda untuk tampil ditengah masyarakat.
Menyelenggarakan Majlis Muzakarah Ulama dan Asatidzah.
Menyantuni para dhu’afaa (kaum yang lemah) dengan bantuan berupa beras, pakaian, uang dll.

Pada Selasa dinihari jam 00.30 KH Abdullah Syafi’ie berpulang ke rahmatullah saat menuju rumah sakit Islam.
Dishalatkan di masjid Al Barkah Bali Matraman oleh puluhan ribu ummat Islam secara bergelombang dipimpin
oleh para Alim Ulama. Turut serta tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah.
Dimakamkan pada hari selasa tgl. 18 Dzulhijjah 1405 H./ 3 September 1985 di Komplek Pesantren Putra As-Syafi’iyah
Jatiwaringin Pondokgede dengan dihantarkan oleh ratusan ribu ummat Islam.

Sampai dengan saat ini jejak langkah serta strategi beliau banyak diikuti, bukan hanya oleh keturunannya, melainkan juga diikuti oleh para murid-murdnya diantaranya. 
Abuya KH. Abdurrahman Nawi Pimp Ponpes Al-Awwabin Depok dalam dakwahnya juga mendirikan sebuah Pemancar/studio Radio FM yang di beri nama Radio Islamic center Al-Awwabin (RIDA)
KH. A Syanwani  Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Ahmad syanwani  Bogor. (YAPIAS) dalam dakwahnya juga mendidirikan Pemancar/studio Radio saat ini dilanjutkan oleh Anaknya Abi KH. A. Tadjuddin Syanwani dengan nama  Radio Dakwah Dan Pengembangan Islam Ahsanta Fm.
begitu erat kami rasakan hubungan kami dengan Beliau karena seiring dengan perkembangan radio Ahsantafm  selalu berkaitan dengan Beliau karena kami menjadikan Radio Assafi'iyyah sebagai Referensi konten acara Ahsantafm dan kami senantiasa memutarkan rekaman ceramah Alm KH. Abdullah Syafi'i setiap hari Jum'at pagi. file ceramah tersebut kami dapatkan dari penyiar senior Assafi'iyyah Bpk Samswirno yang juga turut andil dalam perjuangan Radio Ahsantafm. Tak lebih hal ini karena kecintaan Kami Terhadap Alm KH. Abdullah Syafi'i.

Semoga kecintaan terhadap Ulama Sebagai Pewaris Para Nabi untuk terus memperjuangkan Islam
Semakin tertanam kepada generasi Penerus Selanjutnya

Oleh      : Syafei HM
Sumber : Alkisah.web.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar