Selasa, 21 September 2010

Cinta 1

Al Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus

Al Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus dilahirkan di Yaman Selatan, tepatnya di daerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Beliau dilahirkan sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu dimana sehari-harinya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan tenun tradisional. Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan.

Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada seorang “Alim Shufi”. Disanalah ia menerima tempaan pembelajaran thariqah. Di tengah-tengah kehidupan diantara murid-murid yang lain, tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari teman-temannya.

Kini, Al Habib Husein telah menginjak usia dewasa. Setiap ahli thariqah senantiasa memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensiarkan Islam ke belahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut Habib Husein tidak kekurangan akal, ia bergegas menghampiri para kafilah dan musafir yang sedang melakukan jual-beli di pasar pada setiap hari Jumat.

Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera menghampiri ibunya untuk meminta ijin.

Walau dengan berat hati, ibunya harus melepaskan dan merelakan kepergian puteranya. Habib Husein mencoba membesarkan hati ibunya sambil berkata, "Janganlah takut dan berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya ia bersama kita.” Akhirnya berangkatlah Al Habib Husein menuju daratan India.

Sampailah Al Habib Husein disebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal kota Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein mensiarkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut membawa Rahmatan Lil-Alamin. Karena daerah yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka berubah menjadi daerah yang subur. Agama Islam pun tumbuh berkembang.

Hingga kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein bermukim di India. Tidak lama kemudian ia melanjutkan misi hijrahnya menuju wilayah Asia Tenggara, hingga sampai di pulau Jawa, dan menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.

Batavia adalah pusat pemerintahan Belanda, dan pelabuhannya adalah Sunda Kelapa. Maka tidak heran kalau pelabuhan itu dikenal sebagai pelabuhan yang teramai dan terbesar di jamannya. Pada tahun 1736 M datanglah Al-Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat di pelabuhan Sunda Kelapa.

Disinilah tempat persinggahan terakhir dalam mensyiarkan Islam. Beliau mendirikan Surau sebagai pusat pengembangan ajaran Islam. Ia banyak dikunjungi bukan saja dari daerah sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar Islam atau banyak juga yang datang untuk didoakan.

Pesatnya pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama Islam ke Habib Husein mengundang kesinisan dari pemerintah VOC, yang di pandang akan menggangu ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya dijatuhi hukuman, dan ditahan di penjara Glodok.

Istilah karomah secara estimologi dalam bahasa arab berarti mulia, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (terbitan balai pustaka, Jakarta 1995, hal 483) menyebutkan karomah dengan keramat, diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam ajaran Islam karomah dimaksudkan sebagai khariqun lil adat yang berarti kejadian luar biasa pada seseorang wali Allah. Karomah merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan anugrah Allah karena ketakwaannya, berikut ini terdapat beberapa karomah yang dimiliki oleh Al Habib Husein bin Abu Bakar Al Aydrus atau yang kita kenal Habib Luar Batang, seorang wali Allah yang lahir di Jazirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di Pulau Jawa, tepatnya di Jakarta Utara.

1. Menjadi mesin pemintal

Di masa belia, ditanah kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut – Yaman Selatan, Habib Husein berguru pada seorang Alim Shufi. Di hari-hari libur ia pulang untuk menyambangi ibunya.

Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi, dan ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang disediakan masih utuh belum dimakan husein. Selanjutnya ia sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya. Si ibu tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas disudut gudang.

Kejadian ini oleh ibunya diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein. Mendengar cerita itu maka ia bertakbir sambil berucap, “Sungguh Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar disisi-Nya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras kepadanya, rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”

2. Menyuburkan Kota Gujarat

Hijrah pertama yang di singgahi oleh Habib Husein adalah di daratan India, tepatnya di kota Surati atau lebih dikenal Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati karena dilanda kekeringan dan wabah kolera.

Kedatangan Habib Husein di kota tersebut disambut oleh ketua adat setempat, kemudian ia dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat paranormal, dan Habib Husein diperkenalkan sebagai titisan Dewa yang dapat menyelamatkan negeri itu dari bencana.

Habib Husein menyangupi bahwa dengan pertolongan Allah, ia akan merubah negeri ini menjadi sebuah negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimat syahadat dan menerima Islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama Islam.

Akhirnya mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah kolam. Setelah pembangunan keduanya diselesaikan, maka dengan kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur. Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara mandi di kolam buatan tersebut. Dengan demikian kota yang dahulunya mati, kini secara berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.

3. Mengislamkan tawanan

Setelah tatanan kehidupan masyarakat Gujarat berubah dari kehidupan yang kekeringan dan hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka Habib Husein melanjutkan hijrahnya ke daratan Asia Tenggara untuk tetap mensiarkan Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di Batavia. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan VOC Belanda.

Pada suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang berlari padanya karena dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah kuyub ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa.

Keesokan harinya datanglah pasukan tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap tawanan yang dikejarnya. Beliau tetap melindungi tawanan tersebut sambil berkata, “Aku akan melindungi tawanan ini dan aku adalah jaminannya.”

Rupanya ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan kepala dan akhirnya pergi, sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat berterima kasih, sehingga akhirnya ia memeluk Islam.

4. Menjadi Imam di Penjara

Dalam waktu singkat telah banyak orang yang datang untuk belajar agama Islam. Rumah Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan menggangu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara itu juga dikenal dengan sebutan “Seksi Dua.”

Rupanya dalam tahanan Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit, sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan yang lain.

Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin shalat bersama-sama para pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luar pun ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar ruangan yang sempit itu, dalam keadaan tetap terkunci.

Kejadian tersebut berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala pertimbangan akhirnya pemerintah Belanda meminta maaf atas penahanan tersebut, Habib Husein beserta semua pengikutnya dibebaskan dari tahanan.

5. Si Sinyo menjadi Gubernur

Pada suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf Tionghoa yang telah berubah nama menjadi Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Disaat mereka beristirahat lewatlah seorang Sinyo (anak Belanda) dan mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakkan tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si Sinyo kaget dan berlari ke arah pembantunya.

Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk menghampiri pembantu anak Belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi seorang pembesar di negeri ini.

Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia diangkat menjadi Gubernur Batavia.

6. Cara Berkirim Uang

Gubernur Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein, bahwa kelak akan menjadi orang besar di negeri ini, ternyata memang benar adanya. Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Diwasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib Husein menjadi kenyataan diminta agar ia membalas budi dan jangan melupakan jasa Habib Husein.

Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya, Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya ke laut. Gubernur yang memberi uang menjadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang pemberiannya selalu di buang ke laut. Dijawab oleh Habib Husein bahwa uang tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman.

Gubernur itu dibuatnya penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang yang di buang ke laut, walhasil tak satu keping uang pun diketemukan. Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.

Sekembalinya dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut tersebut pada hari dan tanggal yang sama.

7. Kampung Luar Batang

Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya, “Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.” Akan tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkanlah sebidang tanah di Kampung Baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.

Wafatnya

Habib Husein telah dipanggil ole Allah dalam usia muda, ketika berumur kurang lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari Kamis tanggal 17 Ramadhan 1169 atau bertepatan tanggal 27 Juni 1756 M. Sesuai dengan peraturan pada masa itu bahwa setiap orang asing, harus dikuburkan di pemakaman khusus yang terletak di Tanah Abang.

Sebagaimana layaknya, jenazah Habib Husein diusung dengan kurung batang (keranda). Ternyata sesampainya di pekuburan jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya jenazah Habib Husein kembali berada di tempat tinggal semula, dengan kata lain jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang. Pengantar jenazah mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang dimaksud, namun demikian jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan kembali ke tempat tinggal semula.

Akhirnya para pengantar jenasah memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat yang merupakan rumah tinggalnya. Kemudian orang menyebutnya “Kampung Baru Luar Batang” dan kini dikenal sebagai “Kampung Luar Batang.”

http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-ulama/kramat-luar-batang.html

Sabtu, 18 September 2010

Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abu Bakar

Habib Ramah di Balik Jubah


"NANTI kamu jadi ulama besar dan kaya raya. Kamu masuk pondok saja. Berangkatlah tawakkaltu," demikian nasihat Habib Soleh bin Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar ulama besar dari Bondowoso, Jawa Timur usai 'meneliti' kaki Saggaf bin Mahdi yang masih berusia 14 tahun.

Namun Saggaf muda masih ragu. Pasalnya sejak kecil ia tak pernah mondok. "Kepala seperti mau pecah mendengar perintah itu. Tapi saya pergi juga ke Pesantren Darul Hadits di Malang," kenang Habib Saggaf, panggilan akrab Habib Saggaf bin Mahdi bin Syeikh Abu Bakar.

Di depan pintu ponpes, Saggaf diterima pendiri Darul Hadits, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih al-Alawy. "Kamu musti belajar baca al-Qur'an," kata Habib Abdul Qadir seraya memegang kuping Saggaf. Sontak, sakit kepala dan keraguan Saggaf hilang. "Hati saya terbuka. Ini guru saya. Apa pun yang terjadi, saya harus belajar di sini," tekad Saggaf muda.

Saggaf pun menempuh pendidikan di sana dengan cemerlang. "Saya menjadi santri hanya 2 tahun 7 bulan dan langsung ngajar fiqh dan nahwu. Saya di sana 13 tahun," kenangnya.

Sepulang dari Malang, Saggaf berguru ke Masjid Sayyidina Abbas di Aljazair selama 5 tahun dan i'tikaf di Makkah selama 5 tahun. Saggaf juga memperdalam tareqat di Irak. Namun ia harus kembali ke Tanah Air. Guru tarekatnya yang beraliran Syadziliyah, merekomendasikannya belajar tareqat di Mranggen, Demak.

"Karena tareqat Syadziliyah agak sulit di Indonesia, maka saya disuruh ke Mranggen yang beraliran Qadiriyyah. Syekh Muslich Mranggen itu guru tareqat saya," ungkap Saggaf kepada Gamal Ferdhi dan Ahmad Suaedy dari the WAHID Institute.

Dia pun lantas kembali ke Dompu mendirikan Ponpes Ar-Rahman. Tak lama berselang, Saggaf pindah ke Parung Bogor mendirikan Ponpes al-'Ashriyyah Nurul Iman. Sebelum ke Parung, Saggaf mendirikan Ponpes Nurul Ulum di Kali Mas Madya, Surabaya, yang banyak menerima murid dari Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Afrika.

Sejak itu, undangan ceramah banyak datang dari negara tetangga. Ratusan ribu massa selalu memadati majelisnya di Singapura. "Bukan hanya orang Melayu dan Islam, orang Cina, India, Budha, Hindu dan lain-lain, telah memenuhi stadion Singapura sejak sore," ujarnya.

Kepandaiannya menguasai Qiraah Sab'ah (bacaan al-Quran dengan riwayat tujuh imam, Red) membuatnya ditunggu majelisnya di Singapura. Namun kepandaiannya itu juga yang mengakibatkan Mufti Singapura menuduhnya mengutak-atik bacaan al-Quran.

"Saya dituduh merusak al-Quran. Akibatnya ponpes saya di Surabaya disegel Depag dengan alasan takut bentrok antara Indonesia dengan Singapura. Tanah seluas 5 ha di Sekupang Batam yang diberi pemerintah juga ditarik kembali," ungkapnya mengenang peristiwa di awal 1980-an itu.

Dia pun pindah ke Jakarta. Di Ibukota, Saggaf pun menghidupkan majelis di Masjid Agung Bintaro. Krisis sosial-politik pasca jatuhnya Soeharto pada 19 Juni 1998, membuat Saggaf memutuskan pindah ke Desa Warujaya, Parung, Bogor yang lebih tenang dibanding Jakarta.

Ternyata, krisis ekonomi turut menghancurkan masyarakat Desa Warujaya. Hal itu memicu Saggaf mengumpulkan anak-anak sekolah di rumahnya. "Sebelum sekolah mereka makan nasi ketan di rumah. Tiap anak saya kasih uang jajan Rp 250. Dan tiap keluarga kita bagi beras 5 kg," katanya.

Pada 1999, datanglah seorang santri asal Wonogiri, Solo, bernama Prawoto Suwito. Kedatangannya memberi spirit bagi Saggaf untuk mendirikan Ponpes al-Ashriyyah Nurul Iman. Kian lama ponpesnya kian besar, hingga kini memiliki 8.231 santri. Selain beribadah dan belajar, ponpes itu juga melatih santrinya bertani, daur ulang sampah dan membuat roti.

Diakui Saggaf, ikhtiar ekonomi para santrinya belum cukup untuk menghidupi ponpes terbesar di Bogor itu. Karena itulah, dia menerima beberapa dermawan mensedekahkan hartanya untuk kepentingan ponpes.

"Dua masjid itu sumbangan dari orang yang sama," ungkap Saggaf menjelaskan asal usul dua masjid besar di dalam pon-pes. Satunya berkapasitas 5.000 orang untuk santri laki-laki dan sebuah lagi, berkapasitas 3.000 orang untuk santri perempuan.

Tak hanya itu, beberapa perkumpulan agama non-Islam turut menyumbang konsumsi, tenaga pengajar, gedung olah raga dan asrama. Jadi, jangan heran jika di depan masjid agung pon-pes berdiri dojo Taekwondo seluas 200 m2, sumbangan dari pengusaha Korea Selatan, Park Young Soo.

"Guru Taekwondo-nya dari Korea. Kita juga memadukan zafin (tarian Arab, Red) dengan Taekwondo. Sekarang sedang dipatenkan di Korea Selatan," jelasnya.

Ponpes itu juga memiliki gedung dua lantai, dengan 24 ruang kelas, 2 ruang guru, 32 kamar mandi dan 20 toilet. Pendidikan tsanawiyah, aliyah dan Universitas Habib Saggaf dise-lenggarakan di situ. "Gedung ini sumbangan dari Yayasan Buddha Tzu Chi," jelasnya.

Puluhan tempat bermukim para santri, banyak yang berasal dari infaq orang tua santri. Bahkan salah satu diantaranya adalah sumbangan dari organisasi keturunan India di Indonesia, Gandhi Sevaloka.

Hadirnya beberapa bangunan dari sumbangan komunitas non-muslim itu, menurut Habib, karena dirinya tak segan bergaul dengan siapa pun. "Kadang beberapa pendeta tidur di sini untuk mempelajari sistem ponpes ini," akunya.

Habib Saggaf juga terus menanamkan toleransi antar pemeluk agama di negeri ini. Karenanya, ia menyayangkan aksi kekerasan sekelompok orang dengan mencatut Islam. "Akibatnya Islam dipandang salah. Orang Islam dianggap 'tukang makan orang'," ujarnya lugas.

Selain itu, kata Habib Saggaf, rusaknya citra Islam juga karena ajaran Islam disalahpahami. "Itu, orang-orang yang ngaku mujahid. Mujahid apa itu, berontak di negara orang. Mereka bikin kacau Indonesia. Kalau saya presiden, saya usir mereka. Saya tangkap dan saya suruh tinggal di Arab. Jadi, jika kita ingin memperbaiki, jangan yang sudah rusak dirusak lagi. Itu baru mujahid," himbaunya.

Untuk itu, ia menghimbau kelompok yang mengusung nama Islam agar menyelesaikan persoalan melalui mekanisme hukum. "Ini Indonesia. Ada pemerintah, ada hukum, dan ada polisi. Mereka yang menjaga keamanan. Jika tidak melalui jalur hukum, berarti ingin mendirikan negara dalam negara. Tapi pemerintah juga salah, kok orang-orang kayak begitu (anarkis, Red) dibiarkan. Mereka itu bisa merusak Indonesia," tandasnya.

sumber : www.gatra.com

FOTO HABAIB dan ULAMA

ADDA’I ILALLOH

 

sumber : http://sachrony.wordpress.com
HABIB MUNZIR ALMUSAWA( PIMPINAN MAJLIS ROSULULLOH)
HABIB MUNZIR AL MUSAWA
AL’ALAMAH AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ(PENGASUH PON-PES DARUL MUSTHOFA HADROMAUT YAMAN)
AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ
Habib Umar bin Hafidz dan Habib Umar bin Hud Cipayung Bogor

HABIB UMAR BIN HAFIDZ dan Habib Muhammad alwi al maliki
AL HABIB ALWI AL MALIKI DAN HABIB UMAR BIN HAFIDZ
HABIB MUHAMMAD BIL FAQIH (PENGASUH PON-PES DARUL HADIST MALANG)
Habib Muhammad bin Al Musnid Habib Abdulloh Bil faqih
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf ( Pimpinan Majlis AlKifahi jakarta )
HABIB UMAR BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF
Habib Zindan bin novel ( Jakarta barat)

Al Musnid Syech Muhammad Al ya’qubi Al hasani (Damaskus)
syech-muhammad-al-yaqubi-al-hasani.jpg
HABIB RIZIQ AS SYEHAB(KETUA FRONT PEMBELA ISLAM)
HABIB RIZIQ (KETUA FPI)

HABIB HASAN BIN JAFAR ASSEGAP(PIMPINAN NURUL MUSTHOFA)
HABIB HASAN BIN JAFAR ASEGAF
HABIB SALIM ASSYATIRI (YAMAN)
HABIB SALIM ASSYATIRI
HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF
ABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF
HABIB ALI AL JUFRI
habib ali aljufri
HABIB HAMID AL KAFF ( jakarta)
HABIB HAMID AL KAFF
HABIB SYECK ALI AL JUFRI (CONDET JAKARTA)
HABIB SYECK ALI AL JUFRI
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus ( malang jawa timur)
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus,
HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS(PIMPINAN MAJLIS SYAMSI SYUMUS)
HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ASSEGAF ( GRESIK JAWA TIMUR)
hb-husein-b-abdullah.jpg
HABIB AHMAD BIN ALI ASSEGAF ( JAKARTA)

Habib Umar bin Abdulloh al athos ( rawabelong Jakarta )

Habib Abdurrahman bin Muhammad Al habsy (kwitang jakarta)

Habib Abdurrahman bin Abdulloh bil faqih ( Darul hadist malang jawa timur)

SYECH HISYAM AL KA’BANI

SYECH YUSUF AL HASANI

SYECH NAZIM ADIL AL HAQQANI

Syech Muhammad ali Ashobuni

Syech Muhammad Ali Assanusi

Habib Syaikhon bin musthofa al bahar
syaichan-albahar
habib-syaikhon
habib syiikhon

ULAMA ULAMA NUSANTARA

KH.HASYIM ASY’ARI (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.HASYIM ASYARI
KH.IDRIS KAMALI (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.IDRIS KAMALI
kh.bisri syansuri dan Kh Abdul wahab chasbulloh(jawa timur)
kh.bisri syansuri
Kh.Adlan aly ( Jombang Jawa timur)

kh.Ali maksum
kh.Ali Maksum
KH.MUHAMMAD THOWIL ( PON-PES ASSALAMIYAH BANTEN)
KH MUHAMAD TOWIL
KH.ABDULLAH ABBAS (BUNTET CIREBON)
KH.ABDULLAH ABBAS
KH.ISHOMUDDIN HADZIK(PON-PES TEBUIRENG)
KH.ISHOMUDDIN HADZIK (GUS ISHOM)
KH.ABDULLAH SYAFEI(JAKARTA)
KH.ABDULLOH SYAFEI
KH.CHOLIL BISRI (REMBANG JAWA TENGAH)
KH.CHOLIL BISRI
KH.MAMOEN ZUBAIR (TENGAH)
KH.MAMOEN ZUBAIR (TENGAH)
KH.FUAD HASYIM
KH.FUAD HASYIM
TRIO KYAI BUNTET CIREBON
TRIO KYAI BUNTET CIREBON
KH.Munasir

KH.USMAN ABIDIN (JAKARTA)
KH.USMAN ABIDIN
HABIB LUTHFI BIN YAHYA (KETUA THAREKAT NAQSABANDIYYAH) DAN KH.USMAN ABIDIN
HABIB LUTHFI BIN YAHYA DAN KH.USMAN ABIDIN
SYECH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN ILYAS ( KEBUMEN JATENG)
SYECH MUHAMMAD ABDUL MALIK
KH.ABDUL HAMID (PASURUAN)
KH.ABDUL HAMID
KH. ASNAWI (CARINGIN BANTEN)
KH.ASNAWI (CARINGIN BANTEN)
KH.SAID BIN KH ARMIA (TEGAL)
KH.SAID BIN KH ARMIA (TEGAL JAWA TENGAH)
KH.AHMAD SIDDIQ
KH.AHMAD SIDIQ
Syech Yusuf Al makassary ( makasar sulawesi)
syeck Yusuf Al makassary
Syech Nawawi Al Bantani( tanara banten)
SYECK NAWAWI AL BANTANI (GURU KYIAI INDONESIA)
KH.MUHAMMAD NAWAWI AL BANTANI (TANARA BANTEN)
khmuahmmad-nawawi-albantanijpg.jpg
KH.NOER ALI ( UJUNG HARAPAN BEKASI)
KH.NOER ALI (BEKASI)
KH.ACHMAD DJAZULI USMAN (KEDIRI JAWA TIMUR)
KH.ACHMAD DJAZULI USMAN
KH.HAMIM DJAZULI ( GUS MIEK KEDIRI)
KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK)
KH.MAKSUM DJAUHARI (LIRBOYO JAWA TIMUR)
KH.MA’SUM JAUHARI
KH.SYAFI’I HADZAMI ( JAKARTA)
KH.SYAFI’I HADZAMI
KH.SYAFI’I HADZAMI ( KANAN)
KH.ILYAS RUCHIYAT ( JAWA BARAT)
KH.ILYAS RUCHIYAT
KH.YUSUF HASYIM (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.YUSUF HASYIM
KH.ABDUL ROSYID SYAFI’I ( PIMPINAN ASSYAFI’IYAH JAKARTA)
KH.ABDUL ROSYID SYAFI’I
KH.MUSLIM RIFA’I IMAMPURO( PON-PES ALMUTTAQIEN KLATEN)
KH.MUSLIM RIFA’I IMAMPURO (MBAH LIM KYAI NYENTRIK)
KH.SONHAJI ( KEBUMEN JAWA TENGAH)
KH.SONHAJI KEBUMEN
KH.ABDULLAH FAQIH (KIRI) { TUBAN JAWA TIMUR}
KH.ABDULLAH FAQIH (SEBELAH KIRI)
KH.HASYIM MUZADI DAN DR YUSUF QORDOWI
KH.HASYIM MUZADI DAN DR YUSUF QORDOWI
KH.DIMYATI ROIS (KENDAL JAWA TENGAH)
KH.DIMYATI ROIS KENDAL JAWA TENGAH
KH.PROF.ANWAR MUSADDAD ( GARUT JAWA BARAT)
KH.PROF.ANWAR MUSADDAD
KH.YAHYA (BANDUNG)
KH.YAHYA (BUYA YAHYA)
TUAN GURU HAJI TURMUDJI BADRUDIN (LOMBOK NTB)
TUAN GURU HAJI TURMUDJI BADRUDDIN
KH.MUKHTAR SYAFAAT (BANYUWANGI)
KH.MUKHTAR SYAFA’AT
Syeck arsyad al banjari

KH MUHAMMAD DIMYATI (CIDAHU BANTEN)

KH.MUHAMMAD KHOLIL ( MADURA)
khm-kholil-madura
ULAMA ULAMA NU

Syech Yasin Al Padani dan para Ulama

Syech Yasin Al Padani ( padang )

Kh.Mubarok bin Nuh ( Suryalayah Jawa barat)

KH.A Shohibul Wafa ( abah Anom suryalaya jawa barat)

KH .ABDULLOH BIN NUH ( BOGOR)

KH. M ARAWANI ( JAWA TENGAH)

SYECK SULAIMAN ARRASULI ( MINANGKABAU)

SYECH AHMAD KHATIB SAMBAS (KALIMANTAN)

Kh Muhammad Zainuddin Abdul Majid ( Lombok

KH.RADEN MUHAMMAD AMIN ( KALI BATA JAKARTA)
KH RADEN MUHAMMAD AMIN (GURU AMIN KALI BATA)
KH.BUSTHOMI ( BANTEN)
kh-busthomi-banten
KH. SANJA ( ULAMA AHLI NAHWU SHOROF BANTEN)
kh-sanja-banten
KH.MAMA OBAY ( KARAWANG JAWA BARAT)
kh-mama-obay-karawang
KH.ARSYUDIN ( TENJO BOGOR)
kh-arsyudin-tenjo-bogor
SYECH TUBAGUS AHMAD BAKRI ( PURWAKARTA )
syech-tubagus-ahmad-bakri-purwakarta
KH.MUHAMMAD DIMYATI ( CIDAHU BANTEN)
abah-dimyati
kh-dimyati-cidahu-pandeglang
KH.HAMIM DZAJULI/GUS MIK ( KEDIRI JAWA TIMUR)
GUS MIK
Kh.maksum/Gus maksum ( jawa timur)
kh, Maksum jauhari
Kh.Muhiddin ( cirebon)
kh.muhiddin kuningan cirebon



Syech Muhammad abdul malik ( Kebumen)
Syech Muhammad abdul malik

PHOTO-PHOTO HABAIB

Alam bersinar-sinar bersuka ria
Menyambut kelahiran al-Musthafa Ahmad
Riang gembira meliputi penghuninya
Sambung-menyambung tiada henti
Berbahagialah wahai pengikut al-Quran
Burung-burung kemujuran kini berkicau
Bersuluhan dengan sinar keindahan
Mengungguli semua yang indah tiada banding
Kini wajiblah kita bersuka cita
Dengan keberuntungan terus-menerus tiada habisnya
Manakala kita memperoleh anugerah
Padanya terpadu kebanggaan abadi
Bagi Tuhanku segala puji
Tiada bilangan mampu mencukupinya
Atas penghormatan yang dilimpahkan-Nya bagi kita dengan lahirnya al-Musthafa al Haadi Muhammad
Yaa Rasulullah, selamat datang
Sungguh kami beruntung dengan kehadiranmu
Semoga Engkau berkenan memberi nikmat karunia-Mu,
Mengantarkan kami ke tujuan idaman
Tunjukilah kami jalan yang ia tempuh
Agar dengannya kami bahagia dan memperoleh kebaikan yang melimpah
Tuhanku, demi mulia kedudukannya di sisi-Mu
Tempatkanlah kami sebaik-baiknya di sisinya.
Semoga shalawat Allah meliputi selalu,
Rasul paling mulia, Muhammad
Dan salam terus-menerus
Silih berganti setiap saat
HABIB ALI BUNGUR JAKARTA DAN PARA HABAIB
PARA HABAIB DAN HABIB ALI BUNGUR JAKARTA
ALHAFIDZ ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIL FAQIH( MALANG )
AL HAFIDZ ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIL FAQIH
HABIB ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF(JAKARTA)
AL WALID ALHABIB ABDUROHMAN ASSEGAF
HABIB ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB ABDULLOH BILFAQIH
HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
ALHABR HABIB ABDUL QODIR BIL FAQIH(TENGAH)
BELIAU ADA DITENGAH, SEBELAH KIRI ANAK BELIAU HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
HABIB MUHAMMAD BIN HUSEIN BA’BUD (MALANG)
HABIB MUHAMMAD BIN HUSEIN BA’BUD
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ALATHOS (EMPANG BOGOR KIRI)
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH BIN MUHSIN AL ATHOS( KIRI)
ALLAMAH HABIB ALWI ALMALIKI (MEKKAH)
AL’ALAMAH HABIB ALWI AL MALIKI
HABIB JA’FAR ASSEGAF (JAWA TIMUR)
HABIB JA’FAR ASSEGAF
HABIB MUHAMMAD BIN SALIM
Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abu Bakar bin ‘Aydrus
Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Saqqaf
Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Saqqaf
HABBIB ABDUL QODIR ASSEGAF
ALHABIB ABDUL QODIR ASSEGAF
HABIB ALWI BIN THOHIR AL HADAD (MALAYSIA)
HABIBALWI BIN THOHIR AL HADAD
HABIB SALIM BIN ZINDAN( JAKARTA)
HABIB SALIM BIN ZINDAN
HABIB AH MAD BIN ABDULLOH AL ATHOS ( BENDUNGAN HILIR)
HABIB AHMAD BIN ABDULLOH AL ATHOS
HABIB SYECH ALWI ALMALIKI
HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI (SHOHIB GHURFAH)
HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI
HABIB SALIM BIN HAFIDZ
HABIB SALIM BIN HAFIDZ
HABIB ALI AL HABSYI (KWITANG)
HABIB ALI AL HABSYI (KWITANG )
HABIB ALI AL HABSYI KWITANG & HABIB ALI BUNGUR
habib ali alhabsy kwitang dan habib ali bungur
HABIB ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSYEGAF
HABIB ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSEGAF
HABIB ABDULLOH BIN ALWI AL ATHOS
HABIB ABDULLOH BIN ALWI AL ATHOS
HABIB ABU BAKAR BIN AIDRUS AL IDRUS
HABIB ABU BAKAR BIN AIDRUS AL IDRUS
HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF( GRESIK)
HABIB ABU BAKAR BIN MUHAMMAD ASSEGAF
HABIB ALWI BIN MUHAMMAD BIN AHMAD AL MUHDHOR
HABIB ALWI BIN MUHAMMAD BIN AHMAD AL MUHDHOR
HABIB UMAR BIN HUD AL ATHOS( CIPAYUNG BOGOR)
HABIB UMAR BIN HUD AL ATHOS
HABIB ABDULLOH SYAMI AL ATHOS JAKARTA (kanan) DAN HABIB MUHAMMAD BIN ALI AL HABSY KWITANG JAKRTA ( KIRI)
HABIB ABDULLOH SYAMI AL ATHOS (
HABIB ZEIN BIN SMITH
HABIB ZEIN BIN SMITH
HABIB MUHAMMAD AL MUHDHOR
HABIB MUHAMMAD AL MUHDHOR
HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD(HABIB KUNCUNG JAKARTA)
HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD
HABIB USMAN BIN YAHYA ( JAKARTA)
Habib Sholeh bin Muhsin al Hamid ( tannggul jawa timur
HABIB SHOLEH TANGGUL DAN PARA HABAIB
HABIB AHMAD BIN HAMID AL KAFF ( PALEMBANG)
Habib Ahmad Masyhur bin Toha Al hadad
Habib Ja’far bin Ahmad alidrus
HABIB ALWI BIN MUHAMMAD AL HADAD (BOGOR)
HABIB HUSEN BIN HADI AL HAMID ( JAWA TIMUR)
TRIO HABIB BETAWI (HABIB ALI BUNGUR, HABIB ALI ALHABSYI KWITANG& HABIB SALIM ZINDAN
Habib Alwi bin Ali Al habsyi ( Solo)
Habib husein bin hadi , habib sholeh tanggul dan habib Umar bin Hud
habib-hafiz-bin-abdullah
HABIB HAFIDH BIN ABDULLOH BIN SYECK ABI BAKAR SALIM
HABIB SALIM BIN HAFIDH
habib-salim-bin-hafiz